Ternate, 22/11 (Antaranews Maluku) - Pemerintah Kota Ternate, Maluku Utara, diminta mengembangkan wisata religi, karena di daerah itu banyak potensi wisata religi yang dapat menarik minat wisatawan.
"Bahkan potensi wisata religi di Ternate cukup lengkap, karena tidak saja yang terkait dengan Islam, tetapi juga dengan agama lain, khususnya nasrani dan Konghucu," kata pemerhati wisata religi di Malut Sarifudin, di Ternate, Kamis.
Potensi wisata religi yang terkait dengan Islam di antaranya Masjid Kesultanan Ternate yang terkenal dengan keunikannya, baik dari segi arsitektur bangunan maupun tradisi beribadah di masjid itu.
Menurut dia, salah satu tradisi beribadah yang cukup unik di Masjid Kesultanan Ternate adalah adanya kewajiban bagi setiap pria yang melaksanakan ibadah shalat di masjid berusia ratusan tahun itu untuk memakai celana panjang dan kopiah atau penutup kepala.
Potensi wisata religi lainnya yang terkait dengan Islam di Ternate adalah kompleks makam para sultan Ternate dan sejumlah situs yang terkait dengan para penyiar Islam di Malut yang masyarakat setempat menyebutnya Jere.
Ia menyebutkan untuk potensi wisata yang terkait dengan nasrani di antaranya sejumlah gereja tua yang keberadaannya memiliki hubungan sejarah dengan masuknya bangsa Eropa di Ternate pada abad ke-15 silam, di antaranya Gereja Batu dan Gereja Ayam.
Perkampungan Kristen di Tabanga, Kecamatan Ternate Barat yang sudah ada sejak ratusan tahun silam dengan kearifan lokal dan selama ini hidup rukun dengan warga muslim di sekitarnya, juga merupakan potensi religi bagi kaum nasrani di Ternate.
Sedangkan potensi wisata religi terkait dengan umat Konghucu, kata Sarifudin di antaranya Klenteng Ibu Suri Agung di Kelurahan Gamalama yang sudah berusia ratusan tahun dan merupakan salah Klenteng tertua di Indonesia Timur.
Jika potensi wisata religi tersebut dikembangkan secara baik dan disertai dengan promosi yang gencar dapat dipastikan akan banyak wisatawan yang tertarik mengunjunginya, apalagi daerah itu juga memiliki banyak objek wisata lainnya yang menarik, misalnya objek wisata peninggalan sejarah, katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018
"Bahkan potensi wisata religi di Ternate cukup lengkap, karena tidak saja yang terkait dengan Islam, tetapi juga dengan agama lain, khususnya nasrani dan Konghucu," kata pemerhati wisata religi di Malut Sarifudin, di Ternate, Kamis.
Potensi wisata religi yang terkait dengan Islam di antaranya Masjid Kesultanan Ternate yang terkenal dengan keunikannya, baik dari segi arsitektur bangunan maupun tradisi beribadah di masjid itu.
Menurut dia, salah satu tradisi beribadah yang cukup unik di Masjid Kesultanan Ternate adalah adanya kewajiban bagi setiap pria yang melaksanakan ibadah shalat di masjid berusia ratusan tahun itu untuk memakai celana panjang dan kopiah atau penutup kepala.
Potensi wisata religi lainnya yang terkait dengan Islam di Ternate adalah kompleks makam para sultan Ternate dan sejumlah situs yang terkait dengan para penyiar Islam di Malut yang masyarakat setempat menyebutnya Jere.
Ia menyebutkan untuk potensi wisata yang terkait dengan nasrani di antaranya sejumlah gereja tua yang keberadaannya memiliki hubungan sejarah dengan masuknya bangsa Eropa di Ternate pada abad ke-15 silam, di antaranya Gereja Batu dan Gereja Ayam.
Perkampungan Kristen di Tabanga, Kecamatan Ternate Barat yang sudah ada sejak ratusan tahun silam dengan kearifan lokal dan selama ini hidup rukun dengan warga muslim di sekitarnya, juga merupakan potensi religi bagi kaum nasrani di Ternate.
Sedangkan potensi wisata religi terkait dengan umat Konghucu, kata Sarifudin di antaranya Klenteng Ibu Suri Agung di Kelurahan Gamalama yang sudah berusia ratusan tahun dan merupakan salah Klenteng tertua di Indonesia Timur.
Jika potensi wisata religi tersebut dikembangkan secara baik dan disertai dengan promosi yang gencar dapat dipastikan akan banyak wisatawan yang tertarik mengunjunginya, apalagi daerah itu juga memiliki banyak objek wisata lainnya yang menarik, misalnya objek wisata peninggalan sejarah, katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018