Ambon, 9/1(ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pattimura Ambon, mengimbau masyarakat pesisir agar mewaspadai gelombang tinggi laut Arafura bagian Tengah dan Timur, kabupaten Kepulauan aru yang berpeluang mencapai 2,5 meter.
Kepala BMKG Stasiun Pattimura Ambon, Ot Oral Sem Wilar, dikonfirmasi, Rabu, mengatakan, peringatan dini itu hendaknya dipatuhi masyarakat pesisir, terutama nelayan tradisional di Kabupaten Kepulauan Aru.
Pertimbangannya, kabupaten Kepulauan Aru secara geogafis letaknya berbatasan dengan Australia.
Apalagi, nelayan asal Maluku, terutama Kabupaten Kepulauan Aru sering hanyut ke perairan Australia sehingga diamakan aparat keamanan setempat, selanjutnya dipulangkan ke Indonesia melalui Denpasar, Bali maupun Kupang, Nusa Tenggara Timur(NTT).
"Jadi kapal penangkapan ikan tradisional tidak bisa diandalkan untuk menghadapi tinggi gelombang maupun kondisi cuaca yang sering berubah-ubah," ujar Ot.
Disinggung potensi hujan, dia menjelaskan, perlu mewaspadai hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai angin kencang di Kabupaten Buru maupun Buru Selatan.
Kondisi sinoptik, angin umumnya bertiup dari arah Barat - Utara dengan kecepatan terbesar 20 Knots (37 KM/Jam).
Sedangkan, suhu bervariasi 23 hingga 33 derajat Celcius dan kelembaban 65 hingga 100 persen.
Dia mengemukakan, imbauan kondisi cuaca juga disampaikan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sembilan kabupaten dan dua kota, termasuk para Bupati maupun Wali Kota.
Bila terjadi kondisi cuaca ekstrim, maka Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
"Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan perlunya memprioritaskan keselamatan," tandas Ot.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019
Kepala BMKG Stasiun Pattimura Ambon, Ot Oral Sem Wilar, dikonfirmasi, Rabu, mengatakan, peringatan dini itu hendaknya dipatuhi masyarakat pesisir, terutama nelayan tradisional di Kabupaten Kepulauan Aru.
Pertimbangannya, kabupaten Kepulauan Aru secara geogafis letaknya berbatasan dengan Australia.
Apalagi, nelayan asal Maluku, terutama Kabupaten Kepulauan Aru sering hanyut ke perairan Australia sehingga diamakan aparat keamanan setempat, selanjutnya dipulangkan ke Indonesia melalui Denpasar, Bali maupun Kupang, Nusa Tenggara Timur(NTT).
"Jadi kapal penangkapan ikan tradisional tidak bisa diandalkan untuk menghadapi tinggi gelombang maupun kondisi cuaca yang sering berubah-ubah," ujar Ot.
Disinggung potensi hujan, dia menjelaskan, perlu mewaspadai hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai angin kencang di Kabupaten Buru maupun Buru Selatan.
Kondisi sinoptik, angin umumnya bertiup dari arah Barat - Utara dengan kecepatan terbesar 20 Knots (37 KM/Jam).
Sedangkan, suhu bervariasi 23 hingga 33 derajat Celcius dan kelembaban 65 hingga 100 persen.
Dia mengemukakan, imbauan kondisi cuaca juga disampaikan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sembilan kabupaten dan dua kota, termasuk para Bupati maupun Wali Kota.
Bila terjadi kondisi cuaca ekstrim, maka Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
"Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan perlunya memprioritaskan keselamatan," tandas Ot.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019