Ternate, 23/1 (ANTARA News) - Penyelenggaran Festival Legu Gam (FLG) di Ternate, Maluku Utara (Malut) pada April 2019 diharapkan tidak lagi dua versi seperti pada 2018, yang mengakibatkan wisatawan enggan menghadirinya.
"Kita berharap penyelenggaraan FLG tahun ini hanya satu agar lebih semarak dan banyak dikunjungi wisatawan dari dalam dan luar negeri seperti pada beberapa tahun sebelumnya," kata pemerhati pariwisata, Jamaludin, di Ternate, Rabu.
FLG yang merupakan kegiatan tahunan Kesultanan Ternate untuk memeriahkan Ulang Tahun Sultan Ternate, pada 2018 digelar dua versi sebagai buntut dari adanya konflik di Kesultanan Ternate pasca-wafatnya Sultan Ternate, Mudafar Syah pada 2015.
Menurut dia, penyelenggaraan FLG sejak 2008 telah berperan besar dalam upaya mengangkat dan mempromosikan seni budaya Ternate dan kabupaten/kota lainnya di Malut kepada masyarakat dalam dan luar negeri.
Kegiatan yang masuk kalender pariwisata nasional itu telah memberi kontribusi terhadap peningkatan kunjungan wisatawan dari dalam dan luar negeri ke Malut, bahkan sejumlah sultan dan raja dari mancanegara serta duta besar dari berbagai negara pernah datang menyaksikannya.
Kontribusi lainnya, kata Jamaludin, adalah tumbuhnya kegiatan ekonomi kreatif yang dalam setiap penyelenggaraan kegiatan itu menghasilkan perputaran uang puluhan miliar rupiah.
Karena itu, semua pihak terkait, khususnya di lingkungan Kesultanan Ternate harus merasa terpanggil untuk menjaga eksitensi dari kegiatan FLG dengan cara semua menghilangkan kepentingan dan bersatu menggelar kegiatan itu.
Ia juga mengimbau kepada pemerintah daerah dan instansi terkait lainnya untuk tidak melakukan kebijakan terkait penyelenggaraan FLG yang bisa mengakibatkan menajamnya konflik di lingkungan Kesultanan Ternate sebagai penyelenggara kegiatan itu.
FLG biasanya digelar selama satu bulan mulai dari Maret hingga 13 April dengan menampilkan sejumlah kegiatan, seperti ritual kololi kie mote ngolo atau mengelilingi Pulau Ternate melalui laut, ritual fere kie atau naik ke Gunung Gamalama dan penampilan berbagai atraksi seni budaya tradisional.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019
"Kita berharap penyelenggaraan FLG tahun ini hanya satu agar lebih semarak dan banyak dikunjungi wisatawan dari dalam dan luar negeri seperti pada beberapa tahun sebelumnya," kata pemerhati pariwisata, Jamaludin, di Ternate, Rabu.
FLG yang merupakan kegiatan tahunan Kesultanan Ternate untuk memeriahkan Ulang Tahun Sultan Ternate, pada 2018 digelar dua versi sebagai buntut dari adanya konflik di Kesultanan Ternate pasca-wafatnya Sultan Ternate, Mudafar Syah pada 2015.
Menurut dia, penyelenggaraan FLG sejak 2008 telah berperan besar dalam upaya mengangkat dan mempromosikan seni budaya Ternate dan kabupaten/kota lainnya di Malut kepada masyarakat dalam dan luar negeri.
Kegiatan yang masuk kalender pariwisata nasional itu telah memberi kontribusi terhadap peningkatan kunjungan wisatawan dari dalam dan luar negeri ke Malut, bahkan sejumlah sultan dan raja dari mancanegara serta duta besar dari berbagai negara pernah datang menyaksikannya.
Kontribusi lainnya, kata Jamaludin, adalah tumbuhnya kegiatan ekonomi kreatif yang dalam setiap penyelenggaraan kegiatan itu menghasilkan perputaran uang puluhan miliar rupiah.
Karena itu, semua pihak terkait, khususnya di lingkungan Kesultanan Ternate harus merasa terpanggil untuk menjaga eksitensi dari kegiatan FLG dengan cara semua menghilangkan kepentingan dan bersatu menggelar kegiatan itu.
Ia juga mengimbau kepada pemerintah daerah dan instansi terkait lainnya untuk tidak melakukan kebijakan terkait penyelenggaraan FLG yang bisa mengakibatkan menajamnya konflik di lingkungan Kesultanan Ternate sebagai penyelenggara kegiatan itu.
FLG biasanya digelar selama satu bulan mulai dari Maret hingga 13 April dengan menampilkan sejumlah kegiatan, seperti ritual kololi kie mote ngolo atau mengelilingi Pulau Ternate melalui laut, ritual fere kie atau naik ke Gunung Gamalama dan penampilan berbagai atraksi seni budaya tradisional.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019