Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia Ambon minta  Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang peduli terhadap lingkungan hidup saat melakukan penanaman bibit tanaman bakau seharusnya disertai dengan penyangga. "Penyangga ini dimakudkan untuk melindungi bibit bakau agar tidak mati dari tekanan arus dan ombak atau sedimentasi lumpur dan sampah," kata peneliti hutan mangrove LIPI Saleh Papalia, di Ambon, Sabtu. Hasil penelitian yang dilakukan selama ini terhadap anakan bakau yang ditanam di teluk Ambon mulai dari pesisir pantai Desa Lateri, Kecamatan Baguala hingga Desa Waiheru, Kecamatan Teluk Ambon, kedapatan banyak yang mati karena tidak memiliki penyangga untuk melindunginya. Karena itu, menurut dia pada saat penanaman berlangsung sebaiknya harus disertai dengan pembuatan wadah penyangga yang gunanya menjaga dan melindungi anakan tersebut. Kegunaan penyangga sangat besar sekali, karena selain terlindungi dari hantaman ombak laut, juga menyelamatkan bakau dari sampah plastik yang melilit batang tanaman agar bisa hidup berkembang. "Berapapun bibit yang kita tanam, tapi kalau tidak disertai dengan penyangga akan mati karena tidak bisa bertahan, apalagi kalau  sedimentasi berupa lumpur yang sangat tinggi sehingga tanaman itu tidak bisa bernafas," katanya. Dia mencontohkan seperti yang terlihat di Desa Paso, Kecamatan Baguala, hutan bakau yang di rawat oleh Dominggus Sinanu yang pernah meneria penghargaan Kalpataru, sekarang banyak yang rusak akibat sedimentasi berupa lumpur yang turun dari lereng gunung dan mengendap di pesisir pantai. "Kami sarankan kalau ada rencana untuk menanam kembali bibit bakau sebaiknya disertai dengan penyangga guna melindunginya dari berbagai macam gangguan," kata Saleh.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2010