Gubernur Maluku Murad Ismail mengapresiasi pimpinan dan umat Gereja Protestan Maluku (GPM) atas kontribusi dalam kehidupan bersaudara dan diskursus membangun semangat kebangsaan bagi masyarakat di daerah itu.

"Melihat usia GPM yang memasuki usia ke-84 hari ini, menandakan bahwa lembaga agama ini sudah lahir 10 tahun sebelum Provinsi Maluku berdiri maupun Indonesia merdeka," kata dia saat menghadiri perayaan 84 tahun GPM di Ambon, Jumat.

Menurut dia, usia semakin tua mengindikasikan bahwa GPM telah mengambil pilihan monumental sebagai gereja serta berperan dan berkontribusi dalam formasi awal kemerdekaan Indonesia, dan menopang program-program pemerintah hingga saat ini.

"Bagi saya, GPM telah berperan penting dalam konteks memperkuat pilar-pilar kebangsaan, terutama membangun tatanan kerukunan hidup antarumat beragama di Maluku dan Indonesia pada umumnya," katanya.

Ia berharap,  GPM dengan usia yang semakin tua tetap setia pada panggilan sebagai gereja yang hidup di Maluku dan Maluku Utara, serta terus menanam dan menyiram benih-benih Injil sebagai kabar baik dan pembebasan bagi semua ciptaan.

Mantan Kakor Brimob Polri tersebut juga meminta GPM terus berpartisipasi di ruang publik, mengusahakan kesejahteraan bersama, merajut relasi dan kerja sama antaragama, merawat perdamaian dan persaudaraan, menjadikan masalah kemiskinan sebagai musuh bersama yang harus diatasi.
Konsul Jenderal Amerika Serikat (AS) Mark Mark McGovern (kiri) dan Uskup Diosis Amboina Mgr Petrus Canisius Mandagie (tengah) saat menghadiri syukuran HUT Ke-84 Gereja Protestan Maluku (GPM) di Ambon, Jumat (6/9/2019).


"Dengan basis ratusan jemaat yang tersebar di Maluku dan Maluku Utara serta didukung birokrasi yang rapi dan organisasi yang kuat, GPM hendaknya terus eksis menjadi 'Gereja Orang Basudara' dan terus berkembang serta maju di tengah era perubahan yang kian global," katanya.

Dia menambahkan tantangan dan persoalan menggereja, beragama, dan bermasyarakat tentu akan semakin rumit dan kompleks sehingga diperlukan perubahan-perubahan pada aras lokal, nasional, maupun global.

"Mau tidak mau, suka tidak suka, kita semua termasuk warga GPM harus menghadapi perubahan global tersebut dengan bijaksana," katanya.

Gubernur Murad juga memandang tema perayaan sukuran HUT GPM tahun ini, yakni "Gereja Yang Bersyukur Dengan Membaru Diri" sebagai tepat karena tidak hanya menekankan aspek bersyukur tetapi yang terpenting membarui diri secara terus menerus.

"Di era digital saat ini semua masyarakat mengalami guncangan dan perubahan cepat, termasuk dalam kehidupan beragama dan bergereja. Karena itu, sangat diperlukan daya lentur gereja dan agama-agama untuk merespons perubahan tersebut," katanya.

Dia berharap, para pendeta dan seluruh warga GPM terus mengembangkan kualitasnya, termasuk melakukan inovasi dalam pelayanannya dan mengembangkan teologi inklusif serta merangkul agama lainnya, sehingga tetap eksis di tengah pusaran zaman.

Dalam perayaan syukuran HUT GPM yang dihadiri Uskup Diasis Amboina Mgr Petrus Canisius Mandagie, Konsul Jenderal AS Mark McGovern, para pimpinan klasis di Maluku dan Maluku Utara, serta tokoh lintas agama itu, Gubernur Murad juga menyempatkan diri menghibur para pendeta dengan menyanyikan lagu "Anugerah Tuhan".

Ia mengaku lagu tersebut sudah diketahui dan dihafalnya sejak masih duduk dibangku SMA, yakni SMA Negeri 2 Ambon dan setiap saat dinyanyikan bersama teman-temannya yang Kristen, sebagai wujud suka cita atau kasih setia Allah pemberi hidup dan kehidupan.
 

Pewarta: Jimmy Ayal

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019