Pusat Penelitian Laut Dalam (P2LD) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon, Maluku melakukan kajian terkait fenomena kematian massal ribuan ikan di pulau Ambon.

"Hasil kajian sementara yang dapat kami sampaikan tidak menemukan adanya jenis fitoplankton yang beracun di perairan Pulau Ambon, kami berharap dari hasil kajian sementara ini bisa mengurangi keresahan masyarakat terhadap kematian massal ikan," kata peneliti P2LD LIPI Ambon, Hanung Agus Mulyadi, Rabu.

Ia mengatakan, pihaknya mendapat laporan dari masyarakat pada Sabtu (14/9) terkait fenomena kematian ikan massal, masyarakat datang membawa sampel ikan mati di daerah Waai.

Laporan masyarakat ditindaklanjuti dengan melakukan observasi atau pengamatan di lapangan terutama di desa Waai dan Hukurila, pengujian dilakukan dari aspek kualitas air yang meliputi biologi oseanografi, kimia oseanografi dan fisika oseanografi dan sampel geologi atau sedimen.

"Pengamatan dilakukan Senin pagi hingga pukul 4 sore dan dilanjutkan dengan analisa di laboratorium terkait kualitas air, biologi, fisika, kimia serta sampel ikan yang mati,serta moluska diamati dari sisi biologi oseonografi," katanya.

Hanung menjelaskan, penelitian juga dilakukan terhadap sampel terutama ikan mati yang akan dianalisa lanjut apakah ada toksisitas
atau keracunan dalam tubuh manusia yang diakibatkan oleh bahan berbahaya yang mengandung logam beracun.

"Hari ini kita telah mengirimkan sampel ikan yang mati ke pusat penelitian oseonografi LIPI di Jakarta, untuk diuji toksisitas, hasilnya baru bisa diperoleh paling lambat dua minggu," katanya.

Hasil analisa sementara untuk biologi oseonografi dapat disampaikan, tidak ada fitoplankton yang beracun, diharapkan dari hasil sementara bisa mengurang keresahan masyarakat terhadap kematian masal ikan.

"Sejauh ini ada kekhawatiran masyarakat untuk mengkonsumsi ikan, saran saya ikan yang mati terdampar masyarakat diimbau untuk tidak dikonsumsi, "ujarnya.

Masyarakat di pulau ambon tidak boleh khawatir untuk konsumsi ikan yang ditangkap dari daerah lain. Jangan sampai karena panik serta ketakutan untuk tidak konsumsi ikan.

"Fenomena kematian ikan massal alangkah baiknya tidak dikonsumsi, ikan yang terdampar lebih baik dikubur saja, tetapi ikan yang dikonsumsi ditangkap dari daerah lain," tandasnya.

Pewarta: Penina Fiolana Mayaut

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019