Tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, diagendakan meneliti terjadinya amblasan (penurunan tanah) di desa Sila, pulau Nusalaut l, Kabupaten Maluku Tengah pada 14 November 2019.
Camat Nusalaut, Chris Lailossa, dihubungi dari Ambon, Senin, mengatakan, rencana tim dari PVMBG Bandung melakukan penelitian sesuai pemberitahuan dari staf Dinas ESDM Maluku.
"Saya diberitahu staf Dinas ESDM Maluku bahwa tim dari PVMBG Bandung akan melakukan penelitian, makanya diapresiasi karena meresahkan masyarakat desa Sila yang mengalami peristiwa serupa bersama desa Leinitu pada 16 Juni 2012," ujarnya.
Dia mengemukakan, PVMBG Bandung mengirimkan tim ke desa Sila karena menindaklanjuti laporannya kepada Pemprov Maluku, Pemkab Maluku Tengah serta Pusat Penelitian Laut Dalam (P2LD) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon.
"Kami mengapresiasi tim PVMBG Bandung mengingat peristiwa tanah turun saat awal terjadi pada 4 November 2019, sekitar pukul 10.00 WIT hanya 75 CM. Namun pada 6 November 2019 kedalamannya antara 12-15 meter.
Selain itu, keretakan tanah selebar 25 meter dengan panjang 100 meter ke arah pantai.
"Amblasan juga mengakibatkan tiga unit rumah warga Sila mengalami keretakan sehingga telah diimbau agar mengungsi untuk sementara sambil menunggu hasil penelitian dari tim PVMBG Bandung," ujar Chris.
Lokasi tanah turun itu telah dipasang garis polisi oleh aparat Polsek Nusalaut, yang sekaligus mengimbau masyarakat agar tidak beraktivitas di sekitarnya.
"Tim ESDM dan BPBD, baik dari Provinsi Maluku maupun Pemkab Maluku Tengah telah meninjau lokasi tanah turun itu sehingga laporan mereka akan mendorong PVMBG Bandung untuk sesegera mungkin melakukan penelitian, " tandas Chris.
Kades Leinitu Decky Tanasale mengatakan, berdasarkan hasil penelitian Staf PVMBG Bandung, Salwan Palgunadi memastikan terjadi tanah turun di desa Leinitu dan Sila, pulau Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah pada 16 Juni 2012.
"Amblasan terjadi karena tekstur tanah berupa bebatuan koral sehingga bila terjadi gempa tektonik membentuk rongga-rongga," katanya mengutip penjelasan Salwan.
Tanah turun di desa Leinitu dan Sila itu berdasarkan pengamatan mengakibatkan retak-retak yang melingkar.
"Jadi masyarakat jangan resah dengan amblasan tersebut karena itu tidak berdampak pada terjadinya patahan besar, gelombang pasang (tsunami) maupun munculnya gunung api baru sebagaimana diisukan akhir-akhir ini," tandasnya.
Catatan Antara terjadinya tanah turun di desa Leinitu berukuran 2 X 3 meter akibat gempa mengguncang pulau Nusalaut sejak 1 Juni 2012 dan guncangan kuat pada 16 Juni 2012.
Akibat guncangan pada 16 Juni 2012 tanah terbelah, tiga unit rumah warga mengalami retak-retak dan talud penahan ombak patah.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019
Camat Nusalaut, Chris Lailossa, dihubungi dari Ambon, Senin, mengatakan, rencana tim dari PVMBG Bandung melakukan penelitian sesuai pemberitahuan dari staf Dinas ESDM Maluku.
"Saya diberitahu staf Dinas ESDM Maluku bahwa tim dari PVMBG Bandung akan melakukan penelitian, makanya diapresiasi karena meresahkan masyarakat desa Sila yang mengalami peristiwa serupa bersama desa Leinitu pada 16 Juni 2012," ujarnya.
Dia mengemukakan, PVMBG Bandung mengirimkan tim ke desa Sila karena menindaklanjuti laporannya kepada Pemprov Maluku, Pemkab Maluku Tengah serta Pusat Penelitian Laut Dalam (P2LD) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon.
"Kami mengapresiasi tim PVMBG Bandung mengingat peristiwa tanah turun saat awal terjadi pada 4 November 2019, sekitar pukul 10.00 WIT hanya 75 CM. Namun pada 6 November 2019 kedalamannya antara 12-15 meter.
Selain itu, keretakan tanah selebar 25 meter dengan panjang 100 meter ke arah pantai.
"Amblasan juga mengakibatkan tiga unit rumah warga Sila mengalami keretakan sehingga telah diimbau agar mengungsi untuk sementara sambil menunggu hasil penelitian dari tim PVMBG Bandung," ujar Chris.
Lokasi tanah turun itu telah dipasang garis polisi oleh aparat Polsek Nusalaut, yang sekaligus mengimbau masyarakat agar tidak beraktivitas di sekitarnya.
"Tim ESDM dan BPBD, baik dari Provinsi Maluku maupun Pemkab Maluku Tengah telah meninjau lokasi tanah turun itu sehingga laporan mereka akan mendorong PVMBG Bandung untuk sesegera mungkin melakukan penelitian, " tandas Chris.
Kades Leinitu Decky Tanasale mengatakan, berdasarkan hasil penelitian Staf PVMBG Bandung, Salwan Palgunadi memastikan terjadi tanah turun di desa Leinitu dan Sila, pulau Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah pada 16 Juni 2012.
"Amblasan terjadi karena tekstur tanah berupa bebatuan koral sehingga bila terjadi gempa tektonik membentuk rongga-rongga," katanya mengutip penjelasan Salwan.
Tanah turun di desa Leinitu dan Sila itu berdasarkan pengamatan mengakibatkan retak-retak yang melingkar.
"Jadi masyarakat jangan resah dengan amblasan tersebut karena itu tidak berdampak pada terjadinya patahan besar, gelombang pasang (tsunami) maupun munculnya gunung api baru sebagaimana diisukan akhir-akhir ini," tandasnya.
Catatan Antara terjadinya tanah turun di desa Leinitu berukuran 2 X 3 meter akibat gempa mengguncang pulau Nusalaut sejak 1 Juni 2012 dan guncangan kuat pada 16 Juni 2012.
Akibat guncangan pada 16 Juni 2012 tanah terbelah, tiga unit rumah warga mengalami retak-retak dan talud penahan ombak patah.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019