Kepala Stasiun Geofisika Ambon, Sunardi mengatakan, BMKG melaksanakan pemasangan alat penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami yaitu Warning Receiver System (WRS) terbaru di berbagai wilayah rawan gempa dan tsunami di Maluku.

"BMKG sejak 2008 sudah memasang sebanyak 275 peralatan WRS termasuk 14 unit di Maluku," kata Sunardi di Ambon, Selasa.

Namun mengingat peralatan WRS masih sangat dibutuhkan oleh pemerintah daerah dan kantor lembaga/kementerian terkait, maka pada 2020 ini BMKG memasang WRS generasi terbaru di 315 lokasi, termasuk 14 lokasi di Maluku.

Wilayahnya mencakup Pulau Ambon tiga unit, Kepulauan Tanimbar tiga unit, Buru, Buru Selatan, Seram Bagian Barat, Maluku Tengah, Seram Bagian Timur, Maluku Tenggara, Maluku Barat Daya, dan Kepulauan Aru masing-masing satu unit.

Menurut dia, WRS generasi terbaru yang tentu saja menggunakan teknologi terbaru ini memiliki nama baru yaitu “WRS NewGen” yang berbeda dengan WRS sebelumnya.

WRS NewGen merupakan terobosan baru BMKG dalam penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami, karena alat ini akan memberikan informasi gempa secara lebih cepat karena bersifat “real time” .

Lokasi pemasangan WRS NewGen pada  2020 ini mencakup Kantor Kementerian dan Lembaga yang tersebut dalam Perpres No. 93 Tahun 2019 dan institusi yang terlibat dalam penanganan bencana gempa dan tsunami seperti Kantor Pemerintah Daerah, Kantor Media Televisi/Radio, serta institusi terkait yang memiliki kerja sama dengan BMKG terkait tukar menukar data dan informasi.

Dengan terpasangnya WRS NewGen ini diharapkan dapat meningkatkan performa penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami dari BMKG Pusat Jakarta ke kantor unit pelaksana teknis BMKG, Pemerintah Daerah, Lembaga/Kementerian, Media, dan lembaga lain yang terkait penanganan bencana.

"Harapan kita dengan adanya percepatan penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami ini, maka akan mempercepat respon dalam penanganan bencana, sehingga dapat memberikan manfaat nyata dalam menyelamatkan masyarakat Indonesia dari bencana," ujar Sunardi.

Dikatakan, Maluku merupakan bagian dari jalur aktif gempa bumi dan kondisi fisiografinya sangat dipengaruhi oleh aktivitas tumbukan tiga lempeng tektonik utama dunia yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik.

Ketiga lempeng tektonik tersebut bertumbukan dan bergerak secara relatif antara satu dengan yang lain, menjadikan wilayah Maluku sebagai salah satu kawasan rawan gempa dan tsunami di Indonesia bahkan di dunia.

Karena memiliki banyak sumber gempa, maka secara umum Maluku memiliki dua sumber gempa subduksi laut Banda bagian Utara dan laut Banda bagian Selatan.

Selain itu wilayah Maluku juga memiliki tidak kurang dari 30 segmentasi sesar aktif dari total 295 segmentasi sesar aktif yang telah terpetakan, dan berdasarkan kondisi tektonik yang kompleks ini, maka gempa dapat terjadi kapan saja dalam berbagai variasi magnitudo dan kedalaman.

"Hasil monitoring BMKG Stasiun Geofisika Ambon menunjukkan selama periode 2011-2019, rata-rata dalam setahun terjadi gempa sebanyak 1.000 hingga 1.500 kali dan gempa signifikan dengan magnitudo di atas 5,0 sebanyak 60 kali," jelas Sunardi.

Tidak kurang dari 40 kali kejadian tsunami pernah terjadi di Maluku, salah satunya tsunami dahsyat pada 674 di Ambon yang mengakibatkan lebih 2.000 korban jiwa meninggal.

Terkait kondisi wilayah Maluku yang rawan gempa dan tsunami ini, BMKG memiliki tugas dan kewajiban dalam menyediakan informasi gempa dan peringatan dini tsunami yang tertuang dalam UU No. 31 Tahun 2009, dan Perpres No. 93 Tahun 2019.


 

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020