Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon, Rabu, melatih para guru SMP Negeri 2 Kairatu Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB)  untuk menerapkan sistem pembelajaran non-konvesional dan mengurangi aktivitas kunjungan ke rumah-rumah siswa selama masa pandemi COVID -19.

Digelar di SMP setempat, tidak kurang dari 25 guru dari berbagai mata pelajaran dan jenjang kelas yang ikut serta dalam pelatihan dan pendampingan yang dilaksanakan tim IAKN Ambon.

Pembantu Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga IAKN Ambon, Yance Z. Rumahuru melalui sambungan telepon dari Ambon, mengatakan para guru SMP Negeri 2 Kairatu Barat dilatih dan didampingi untuk memanfaatkan aplikasi sederhana dan mudah digunakan untuk proses belajar mengajar secara daring, seperti Google Class Room, Facebook dan WhatsApp.

Selain itu, mereka juga diberikan materi-materi belajar, dan informasi terkait laman-laman pembelajaran yang bisa membantu dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Kegiatan pelatihan dan pendampingan bertema transformasi budaya pembelajaran di era normal baru pasca COVID -19 tersebut, merupakan bagian dari program pengabdian kepada masyarakat yang juga salah satu tri dharma perguruan tinggi.

"Tim yang melatih dan mendampingi guru-guru di sini, terdiri dari enam dosen dari berbagai program studi, satu mahasiswa S3 dan dua mahasiswa S1 di IAKN," ujar Yance.

Menurut dia, berbeda dengan Google Class Room yang masih awam digunakan, aplikasi WhatsApp dan Facebook cukup ramai digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Kairatu Barat untuk bersosial media dan berkomunikasi secara daring.

Aplikasi tersebut tidak menggunakan banyak jaringan internet dan bisa dimanfaatkan untuk proses belajar-mengajar, terutama aplikasi Facebook yang masih bisa digunakan meski tidak ada pulsa data.

"Kendala terbesar memang jaringan internet tidak cukup kuat, tetapi setelah kami survei ada beberapa titik yang jaringannya cukup baik untuk menggunakan aplikasi sederhana, walaupun memang tidak bisa digunakan oleh banyak orang sekaligus," kata Yance.

Berada di Desa Waisamu, Kecamatan Kairatu Barat, Kabupaten SBB aktivitas belajar-mengajar di SMP Negeri 2 Kairatu Barat dihentikan sementara waktu, menyusul imbauan dari pemerintah setempat untuk menerapkan metode Belajar Dari Rumah (BDR).

Penerapan BDR tidak terealisasi optimal karena berbagai kendala, salah satunya adalah jaringan internet yang tidak cukup kuat untuk pelaksanaan aktivitas belajar-mengajar dalam bentuk tatap muka secara daring, sehingga para guru harus mengunjungi siswa-siswanya secara langsung di rumah untuk mengajar.

Lokasi rumah siswa yang berjauhan dan berada di lokasi berbeda-beda, termasuk di desa tetangga yang berjarak sekitar 20 kilometer dari sekolah, cukup menyulitkan para guru. Karena selain menghabiskan biaya pribadi untuk transportasi, waktu memberikan pelajaran juga menjadi berkurang.

"Selama pandemi COVID -19 , aktivitas belajar-mengajar tidak maksimal, satu mata pelajaran yang biasanya 45 menit hanya berlangsung 15 menit. Dengan penerapan yang tepat, beban guru mungkin bisa berkurang," ujar Yance.

Tidak hanya pelatihan dan pendampingan kepada para guru, tim IAKN Ambon juga mengunjungi para orang tua siswa SMP Negeri 2 Kairatu Barat, guna mendorong mereka agar memotivasi dan mengawasi anak-anak dalam mengikuti pembelajaran dengan sistem BDR.

"Harapan kami, semoga ada perhatian dari pemerintah daerah, pembiayaan COVID -19 tidak selamanya melihat aspek penerapan protokol kesehatan, tetapi pendidikan juga menjadi aspek penting yang tidak bisa diabaikan," tandas Yance.

Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Kairatu Johan Saija dalam sambungan telepon berbeda mengakui kesulitan yang dihadapi pihak sekolah untuk tetap melaksanakan aktivitas belajar-mengajar selama masa pandemi.

"Kami membentuk klaster-klaster atau kelompok belajar siswa di beberapa kawasan yang sama, tapi kita lihat itu tidak efektif. Lokasi yang cukup jauh, ada yang di daerah-daerah perbukitan, jadi guru-guru harus berpencar untuk memberikan pelajaran," ujarnya.

Menurut dia, kurangnya dukungan orang tua untuk memotivasi dan mengawasi anak-anak agar selalu siap saat guru berkunjung memberikan pelajaran, juga menjadi salah satu kendala.

Banyak siswa lebih memilih pergi ke ladang untuk berkebun, ataupun bermain, dari pada menghadiri pertemuan dengan guru mereka.

"Respon dari orang tua dan siswa juga tidak terlalu maksimal, guru juga tidak bisa memberikan sanksi ketika siswa tidak hadir dalam kunjungan guru," kata Johan.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020