"My mama told me you are never going back, my brother who believe I'm going down to grave. Slow thing down the steps, it just noise effect."

Lirik penuh emosi diiringi kuatnya distorsi gitar dan hentakan gebukan drum dalam nada-nada cadas progresive rock sepanjang 4,17 menit, seakan menggambarkan kegalauan hati sekaligus pemberontakan jiwa terhadap tekanan.

Rumble, demikian judul lagu milik Satu Garis, band rock asal Kota Ambon yang baru saja merilis debut album, "Twenty Seven" pada 6 Oktober 2020 via iTunes, toko musik digital kepunyaan Apple.

Bagi pendengar dan penikmat musik di Maluku yang cenderung lebih banyak disuguhi genre pop, balada dan power pop oleh musisi dan penyanyi lokal, nama Satu Garis yang mengusung irama cadas mungkin masih sedikit asing.

Diawaki oleh Dariola "Dio" Pratama Leiwakabessy (vokal), Edwin Titahalawa (gitar), Nicholas "Nico" Lailossa (gitar), Liberto "Beno" Thenu (bass) dan Joseph "Joe" Lieando (drum), Satu Garis terbentuk pada 2013 dan telah beberapa kali mengalami pergantian anggota.

Menjadi kelompok musik beraliran rock, Satu Garis bisa dibilang sangat berbeda dibandingkan dengan band-band senior maupun teman-teman seangkatan mereka di Maluku, yang lebih banyak memainkan rima-rima "keras namun manis".

Tujuh tahun berdiri, Satu Garis yang sebelumnya hanyalah band festival yang sering tampil di kafe-kafe lokal, akhirnya berani menunjukan eksistensi mereka sebagai band rock dengan menelurkan album perdana.

Tidak tangung-tanggung, band yang berada di bawah bendera manajemen Sakti Musik Production ini menyajikan dengan apik beragam genre musik rock sekaligus, mulai dari hard rock, progresive rock, Post-hard rock hingga rap rock dalam album mereka yang berdurasi 51 menit.

Mendengarkan keseluruhan album Twenty Seven seolah disajikan lagu - lagu band-band kenamaan seperti Dream Theater, Pearl Jam, Creed dan Limp Bizkit dalam satu paket kolaborasi berbahasa Inggris dan Indonesia.

Dibuka dengan Dear Mama, kemudian Rumble, Twenty Seven, Kim, Hati Ini Milikmu, Time in the Hell, Sayang, Fireman, Suicide dan Fly Away, album Twenty Seven boleh jadi adalah album rock pertama yang pernah diluncurkan dari Maluku.


Ingin didengarkan

Didengarkan dan diakui, bagaimana perjuangan berat dan eksistensi mereka berkarir sebagai musisi yang membawakan genre rock yang tidak cukup populer di Maluku, mungkin inilah yang diinginkan oleh Satu Garis.

"Ibu saya tidak pernah percaya saya bermusik dan saudara laki-laki saya bilang saya akan gagal dalam bermusik. Saya pikir tidak ada cara lain selain terus maju," kata Edwin, gitaris Satu Garis menceritakan tentang album mereka, Minggu.

Tidak mendapat dukungan penuh oleh keluarga untuk berkarir dalam bidang musik, bukan alasan membuatnya patah semangat, Edwin mencurahkan kegalauan hati dan protesnya dalam lagu berjudul Rumble.

Menyambung Edwin, Dio sang vokalis mengatakan ia dan kawan-kawan berharap karya mereka bisa didengarkan dan dinikmati oleh banyak orang, tidak terkecuali yang berasal dari luar Maluku.

"Kami cuma mau seluruh dunia bisa mendengar salah satu karya dari Maluku, yang mana seluruh personelnya bermusik dan berproses di Maluku, termasuk penggarapan album, semuanya dikerjakan di Maluku," ucapnya.

Dikatakannya, bermodalkan biaya patungan masing-masing personel, ia dan kawan-kawan merekam demo lagu Dear Mama dan Rumble, kemudian menawarkannya ke perusahaan rekaman Sakti Musik Production milik CSL, pada pertengahan tahun 2019.

Tidak dinyana, pihak manajemen Sakti Musik Production tertarik dengan materi demo lagu milik Satu Garis dan menawari untuk menaungi mereka, bahkan CSL sendiri yang turun tangan untuk memenejeri Satu Garis.

CSL sendiri merupakan lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta yang juga mantan gitaris band Par C, Guheba dan orkes musik tradisi Molucca Bamboo Wind Orchestra, ia kerap tampil dalam perhelatan musik dan kebudayaan di luar negeri.

"Sebelum direkrut Sakti Music Production, kendala terbesar kami dari pertama adalah biaya. Karena sebelumnya masih band indie, kami kesulitan soal biaya untuk tetap jalan memproduksi album secara independen," kata Dio.

Setahun lebih bekerja keras menggarap album yang diberi judul Twenty Seven, sesuai usia rata-rata personel Satu Garis, album itu akhirnya rampung pada awal tahun 2020 dan siap untuk dicetak dalam bentuk kepingan compact disc (CD) di Jakarta.

Sayangnya akibat pandemi COVID-19, menyusul imbauan larangan bepergian keluar daerah untuk sementara waktu oleh pemerintah setempat, proses pencetakan album terpaksa harus ditunda.

"Mulai dari rekaman sekitar Juni 2019, proses peengerjaannya setahun lebih. Lagu Fly Away yang paling lama proses rekamannya lebih lama dibandingkan yang lagu-lagu lainnya, karena di situ Edwin juga harus nge-rap," ujar Dio.


Memilih platform digital

"Kami tidak melihat dampak pandemi COVID-19 sebagai hambatan, tapi membuka jalan baru untuk mengubah persfektif pemasaran. Memang ada plus-minusnya main fisik sama digital, dan kami ambil jalur publishing digital store," kata CSL, Direktur Sakti Musik Production sekaligus menejer band Satu Garis.

Tak ingin berlama-lama menunda perilisan album, manajemen Sakti Musik Production memutuskan untuk menjual album perdana Satu Garis ke toko musik digital melalui jalur perusahaan pemasaran musik digital Tunecore.

Setelah proses negosiasi selama satu bulan, album Twenty Seven yang menjagokan hits Dear Mama, akhirnya rilis di toko musik digital iTunes pada 6 Oktober 2020, disusul Spotify, dan JOOX pada 16 Oktober 2020.

Pihak manajemen, kata CSL, tidak menargetkan album perdana Satu Garis harus laku keras, melainkan memilih untuk melihat peluncuran Twenty Seven sebagai awal baru bagi musik rock untuk lebih berkembang lagi di Maluku.

Sebagai satu-satunya band di Maluku yang pernah menelurkan album bergenre rock, manajemen lebih berharap lagu-lagunya Satu Garis bisa dinikmati secara luas oleh pendengar dan penikmat musik di manapun.

"Bisa dibilang kami dari manajemen lebih memilih menikmati sejarah baru dalam musik rock di Maluku, karena idealisnya Satu Garis telah menciptakan awal baru dalam dunia bermusik di sini," imbuh CSL.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020