Dalam liputan terdahulu telah disajikan sekelumit kisah tentang Kota Gottingen dan Universitas Georgia Augusta sebagai satu keterpaduan tidak terpisahkan, terutama karena banyak bangunan tua di salah satu kota Jerman itu milik pihak perguruan tingginya yang terkenal.
Kali ini, lewat surat elektronik-nya kepada Warta 4 Katong, Ibu Non sedikit menambahkan informasi bahwa alat transportasi yang paling banyak digunakan di Gottingen adalah sepeda. Bukan hanya oleh mahasiswa yang pergi pulang rumah ke kampus tetapi juga warga kota dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, bahkan di kala "weekend" tiba.
Kesederhanaan itu juga menunjukkan betapa tingginya kesadaran masyarakat di Kota Gottingen akan bahaya polusi atau pencemaran udara oleh asap knalpot kendaraan bermotor.
Hal lain yang dituturkan adalah acara "Indonesian Night", yang digelar pada awal bulan ini (Novermber 2010) oleh para mahasiswa yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia di sana.
Menurut Ibu Non, acara seperti itu sudah menjadi tradisi di Gottingen dan dilakukan oleh komunitas-komunitas mahasiswa dari berbagai negara secara bergantian.
"Promosi Indonesia"
Raja dangdut Rhoma Irama rasanya boleh bangga karena jenis musik yang mati-matian diusungnya sejak 1970-an itu sudah melekat di hati anak Indonesia.
Setidaknya, kelekatan itu tidak menjadi luntur dari relung musikalitas mahasiswa Indonesia yang menempuh studi dalam jangka waktu cukup lama di Uni Gottingen.
Dalam "Indonesian Night", musik melayu khas Indonesia yang mengandung unsur Arab dan India itu pun mengalun, menghibur setiap hadirin baik undangan, mahasiswa maupun dosen.
Selain pertunjukan musik dangdut, acara juga diisi seminar tentang pembangunan terakhir di Indonesia, pameran kerajinan tangan khas dan pentas tari tradisional dari berbagai daerah di tanah air.
Kerajinan tangan yang dipamerkan antara lain Batik dari Jawa, Patung ukiran dari Bali, Tenunan Songket dari Sumatera, Perahu Cengkeh dari Maluku, dan sebagainya.
Sementara tarian Indonesia yang dipentaskan diantaranya tari Merak dari Jawa Tengah, tari Panji Semirang dari Bali, tari Gambyong dari Jogja, dan tari Lenso dari Maluku.
Semua tarian mendapat sambutan hangat dari penonton, tulis Ibu Non, yang juga didaulat menarikan tari Lenso.
Sebelum pagelaran dimulai, para tamu bersantap malam bersama seraya mencicipi sajian aneka kuliner Indonesia seperti soto ayam, nasi kuning lengkap, rawon, gado-gado dan lainnya, dan yang membanggakan, semua tandas tak bersisa.
"Indonesian Night" ditutup dengan berpoco-poco ria, melibatkan semua tamu yang hadir baik berambut hitam maupun "blonde".
Seperti ditulis Ibu Non, Ketua Persatuan Pelajar Indonesia-Uni Gottingen, Mangku Purnomo, mengatakan pihaknya berharap "Indonesian Night" dapat memromosikan seni budaya Indonesia kepada masyarakat internasional melalui mahasiswa manca negara yang kuliah di perguruan tinggi tersebut.
Saat ini, jumlah mahasiswa yang tercatat kuliah di sana tidak kurang dari 24.000 orang. (Aphrodite Milana Sahusilawane, dosen Unpatti, peneliti dan mahasiswa Sandwich-like program Uni Gottingen)
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2010
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2010