Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan, dr Supriyantoro, SpP, MARS mengatakan, tahun depan akan ada "Flying Health Care" (Pesawat Ambulan) untuk Maluku dan Papua. Pesawat itu dapat mengangkut delapan penumpang dan memiliki tiga tempat tidur, serta memiliki kemampuan mendarat di atas air agar memudahkan pelayanan di daerah berkarakter kepulauan. Menurut Supriyantoro, pengadaan pesawat ambulan dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan keterlambatan penanganan pasien dengan kondisi serius, dan difokuskan untuk pelayanan di daerah tertinggal. "Flying Health Care juga bisa dimanfaatkan untuk pertolongan korban bencana," katanya. Program pengadaan pesawat ambulan itu sendiri, lanjutnya, merupakan terobosan untuk menjangkau daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan dimana masyarakatnya sulit sekali mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. "Dari 399 kabupaten dan 98 kota di Indonesia, masih terdapat 183 kabupaten yang merupakan kabupaten tertinggal, 92 pulau terluar dan 34 pulau kecil terluar berpenduduk," katanya. "Gubernur sambut positif" Menanggapi program pesawat ambulan dari Kementerian Kesehatan itu, Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu menyatakan pihaknya menyambutnya secara positif dan siap mendukung lewat APBD 2011. "Program itu baru saya dengar, tapi memang sangat cocok untuk provinsi Maluku yang berkarakter wilayah kepulauan," katanya kepada ANTARA, Jumat. Diungkapkan Ralahalu, Maluku memiliki 1.429 buah pulau yang tersebar di sembilan kabupaten dan dua kota. Sebanyak 92,4 persen dari wilayahnya yang seluas 712.479,69 KM2  pun merupakan lautan. "Dengan demikian, program pesawat ambulan ini sangat strategis, apalagi Maluku juga memiliki kendala keterbatasan dokter, terutama spesialis,  di wilayah kabupaten maupun kota," katanya. "Saya berharap Flying Health Care ini bisa segera dikoordinasikan dengan Pemprov Maluku, sehingg biaya operasionalnya bisa dialokasikan dalam RAPBD 2011," tambahnya.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2010