Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Maluku, Abdul Haris mengatakan, salah satu sektor yang mempunyai peluang cukup besar untuk menopang lumbung ikan nasional (LIN) adalah sektor perikanan budi daya, baik itu dari keramba jaring apung, rumput laut, tambak udang, dan lainnya.
"Ke depan untuk implementasi LIN ini dalam rangka meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) bagi daerah, kita tidak bisa semata-mata bertumpuk pada sektor perikanan tangkap saja," katanya, di Ambon, Rabu.
Ia mengatakan hal itu pada acara pembukaan pelatihan dan magang bagi dua kelompok budi daya ikan keramba dari Desa Lateri dan Hative Kecil yang berlangsung di atas keramba budi daya milik kelompok botol bekas di pantai Wainitu, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon.
Dia mengatakan, saat ini sektor kelautan dan perikanan di Maluku mendapat perhatian yang cukup besar dari Pemerintah Pusat, yaitu melalui rencana implementasi Maluku sebagai LIN yang sudah dicanangkan sejak 2010 oleh Presiden RI ke enam Susilo Bambang Yudoyono.
Tetapi dengan beberapa pertimbangan teknik sehingga pada 2020, barulah mendapat perhatian dari Pemerintah Pusat, untuk segera diimplementasikan, karena memang Maluku memiliki sumber daya ikan yang luar biasa.
"Potensi sumber daya ikan nasional tercatat 12,5 juta ton/tahun, sedangkan di Maluku potensi sumber daya ikan perikanan tangkap 4,6 juta ton/tahun. Berarti lebih kurang 37 persen sumber daya ikan nasional itu ada di perairan Maluku dan juga dengan alasan-alasan teknis lainnya sehingga Maluku ini wajar dijadikan LIN," ujarnya.
Karena itu pelatihan dan magang untuk 20 orang anggota dari dua kelompok yakni Siloam dari Desa Lateri dan kelompok Hative kecil, akan ada lagi dari kelompok-kelompok budidaya ikan yang berkembang seperti yang dilakukan oleh kelompok budidaya botol bekas dibawa pimpinan Jefri yang ada di pantai Wainitu, perairan Teluk Ambon bagian luar, Kecamatan Nusaniwe, dan juga sejumlah kelompok budidaya yang sudah berhasil di kawasan Teluk Ambon bagian dalam.
"Apalagi kegiatan pembukaan pelatihan dan magang yang dilaksanakan di atas keramba milik kelompok botol bekas pimpinan Jefri, satu momen yang luar biasa yang jarang kita temui dimana pelatihan ini dilakukan di atas laut, biasanya kegiatan pelatihan seperti ini dilakukan di kantor atau hotel, tetapi saat ini kita lakukan langsung di lokasi keramba," kata Abdul.
Karena itu, kami memberikan apresiasi kepada Bank Indonesia (BI) Perwakilan Maluku dan kelompok Jefri dengan semua anggota pembudidaya botol bekas.
"Kita harus bersyukur kepada BI Maluku yang memberikan perhatian dan bantuan sebagai salah satu mitra pemerintah daerah," ujarnya.
Pelatihan dan magang kelompok perikanan budi daya keramba jaring apung yang berlangsung di keramba botol bekas pantai Wainitu dari 28 April hingga 1 Mei 2021 itu menghadirkan nara sumber dari balai pelatihan dan penyuluhan perikanan Maluku (Perbenihan ikan Waiheru).
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021
"Ke depan untuk implementasi LIN ini dalam rangka meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) bagi daerah, kita tidak bisa semata-mata bertumpuk pada sektor perikanan tangkap saja," katanya, di Ambon, Rabu.
Ia mengatakan hal itu pada acara pembukaan pelatihan dan magang bagi dua kelompok budi daya ikan keramba dari Desa Lateri dan Hative Kecil yang berlangsung di atas keramba budi daya milik kelompok botol bekas di pantai Wainitu, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon.
Dia mengatakan, saat ini sektor kelautan dan perikanan di Maluku mendapat perhatian yang cukup besar dari Pemerintah Pusat, yaitu melalui rencana implementasi Maluku sebagai LIN yang sudah dicanangkan sejak 2010 oleh Presiden RI ke enam Susilo Bambang Yudoyono.
Tetapi dengan beberapa pertimbangan teknik sehingga pada 2020, barulah mendapat perhatian dari Pemerintah Pusat, untuk segera diimplementasikan, karena memang Maluku memiliki sumber daya ikan yang luar biasa.
"Potensi sumber daya ikan nasional tercatat 12,5 juta ton/tahun, sedangkan di Maluku potensi sumber daya ikan perikanan tangkap 4,6 juta ton/tahun. Berarti lebih kurang 37 persen sumber daya ikan nasional itu ada di perairan Maluku dan juga dengan alasan-alasan teknis lainnya sehingga Maluku ini wajar dijadikan LIN," ujarnya.
Karena itu pelatihan dan magang untuk 20 orang anggota dari dua kelompok yakni Siloam dari Desa Lateri dan kelompok Hative kecil, akan ada lagi dari kelompok-kelompok budidaya ikan yang berkembang seperti yang dilakukan oleh kelompok budidaya botol bekas dibawa pimpinan Jefri yang ada di pantai Wainitu, perairan Teluk Ambon bagian luar, Kecamatan Nusaniwe, dan juga sejumlah kelompok budidaya yang sudah berhasil di kawasan Teluk Ambon bagian dalam.
"Apalagi kegiatan pembukaan pelatihan dan magang yang dilaksanakan di atas keramba milik kelompok botol bekas pimpinan Jefri, satu momen yang luar biasa yang jarang kita temui dimana pelatihan ini dilakukan di atas laut, biasanya kegiatan pelatihan seperti ini dilakukan di kantor atau hotel, tetapi saat ini kita lakukan langsung di lokasi keramba," kata Abdul.
Karena itu, kami memberikan apresiasi kepada Bank Indonesia (BI) Perwakilan Maluku dan kelompok Jefri dengan semua anggota pembudidaya botol bekas.
"Kita harus bersyukur kepada BI Maluku yang memberikan perhatian dan bantuan sebagai salah satu mitra pemerintah daerah," ujarnya.
Pelatihan dan magang kelompok perikanan budi daya keramba jaring apung yang berlangsung di keramba botol bekas pantai Wainitu dari 28 April hingga 1 Mei 2021 itu menghadirkan nara sumber dari balai pelatihan dan penyuluhan perikanan Maluku (Perbenihan ikan Waiheru).
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021