Jakarta (ANTARA) - Bintang senam ritmik dari Rusia, si kembar Dina dan Arina Averina, menempati dua tempat teratas final Olimpiade Tokyo pada Jumat sehingga meretas negaranya ke jalan medali emas Olimpiade perseorangan keenam berturut-turut.
Diiringi trek-trek lagi mulai dari "Thunderstruck" dari ACD sampai musik rakyat Rusia, si kembar Averina menampilkan gerakan memutar pirouette akrobatik dan membalikkan tongkat sambil melakukan pisahan dan puntiran yang hati-hati dilakukan hingga terbentuk lingkaran.
Dina (22) mengenakan bermacam tiara berkilauan di sekitar sanggul rambutnya setiap kali mengganti unitardnya sehingga mencetak total poin 106.300 untuk keempat babak kualifikasi.
"Masih ada sejumlah kesalahan yang perlu diperbaiki - saya tahu apa itu, pelatih saya tahu apa itu dan mungkin satu atau dua juri mengetahuinya juga," kata Dina.
Dia tak mau mengungkapkannya kalau-kalau juri tak menyadarinya.
Baca juga: Unik, Jerman pilih baju senam lebih tertutup menentang seksualisasi olahraga
Arina yang lahir 20 menit lebih dulu daripada Dina, hanya berselisih setipis rambut dari posisi teratas dengan mencetak 106,175 poin.
"Dia tidak gugup, dia tidak gemetar. Dia punya sikap 'Yang sudah terjadi ya sudah'," kata Dina, seraya menambahkan bahwa dia dan saudara kembarnya itu tak pernah membahas strategi satu sama lain dalam Olimpiade ini.
Si kembar menjadi favorit peraih medali emas dan perak di Tokyo 2020, namun atlet-atlet Belarus dan Bulgaria juga mengintai mereka dari belakang.
Sejak Olimpiade 1984 Soviet yang diboikot itu, medali senam ritmik sebagian besar direbut Rusia dan negara-negara bekas Soviet lainnya.
Baca juga: IOC larang sebar video Olimpiade di medsos, begini sebabnya
Atlet Rusia berlomba di bawah bendera Komite Olimpiade Rusia (ROC) setelah dikenai sanksi atas skandal doping.
Peraih medali Piala dunia dari Israel, Linoy Ashram memulai lomba dengan awal yang sulit sehingga mengagetkan para juri babak pertama ketika dia kehilangan kendali atas ringnya beberapa detik sebelum gerakan cemerlangnya berakhir.
Dia menebusnya pada babak berikutnya dengan meraih 28,250. Total dia mencetak 103.100 poin, atau ketiga di bawah si kembar.
Sejak 1984 untuk meraih medali, peserta senam ritmik dinilai berdasarkan faktor-faktor termasuk cara mereka menggunakan peralatan. Mereka juga dinilai dari "kesulitan tubuh" seperti keseimbangan, putaran, dan lompatan, serta eksekusi dan keartistikan.