Ambon (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku menyatakan dukungannya untuk para pengusaha yang akan mengembangkan batik di Kota Ambon.
"Selama ini perkembangan kain batik di Maluku belum begitu berkembang karena bukan akar budaya Maluku, dibandingkan dengan kain tenun ikat walaupun perkembangannya juga belum terlalu pesat, karena itu untuk batik BI Maluku akan mendorong ke depan," kata Deputi Kepala Perwakilan BI Maluku Lukman Hakim di Ambon, Jumat.
Ia menyadari tradisi batik di Maluku belum terlalu berkembang seperti di NTT, NTB, maupun Bali. Namun, BI Maluku tetap mendorong untuk pengembangan kain tradisional baik itu kain batik maupun tenun ikat.
Dia mengatakan, selama ini dari hasil pantauan ada dua pengusaha yang mengembangkan batik di Kota Ambon dan BI Maluku sudah mulai penjajakan untuk kerja sama mengembangkan batik di Maluku yakni dua pengusaha masing-masing B,gaya Batik dan Meima Batik.
"Jadi dua pengusaha ini sudah kami koordinasikan dan ikutkan untuk proses kurasi di Bank Indonesia, kebetulan di Bank Indonesia ada punya program yang namanya Ikra (Industri Kreatif Sariah) yang didalamnya ada dua komoditas selain batik ada juga makanan lahan," ujarnya.
"Untuk batik ini kedua pengusaha itu kami ikutkan dalam proses seleksi dan sekarang dalam proses, dan nantinya kalau ada yang lolos akan mendapat pendampingan dari Dewan Ikra ini," lanjut Lukman.
Ia berharap dua pengusaha tersebut lolos seleksi, apalagi Dewan Ikra ini merupakan tokoh-tokoh batik, pengusaha, dan juga desainer batik yang ada didalamnya. Pendampingan yang bisa didapatkan misalnya dalam pengembangan motif, atau terkait dengan pelatihan-pelatihan, bagaimana buat desain untuk bagaimana batik ini bisa diterima secara luas oleh masyarakat di Maluku.
"Jadi kalau mereka lolos kegiatan pendampingan selama satu hingga dua bulan, dan akan diikutkan juga dalam website Ikra, jadi bisa dibantu dalam hal pemasaran, jadi calon pembeli dari luar Maluku maupun luar Indonesia bisa dilihat di website Ikra, jadi ada proses bisnis, yang mempertemukan calon pengrajin dengan pembeli," katanya.
Dia menambahkan, selama ini kedua pengusaha itu sudah memiliki toko penjualan, dan memang sudah pembeli, seperti istri-istri pegawai yang bisa digunakan untuk acara-acara tertentu, salah satunya di kawasan Batu meja milik B,gaya.
"Yang penting motif-motif batik yang cukup menarik, lain hal di Pulau jawa dengan berbagai motif," ujarnya.