Ambon (Antara Maluku) - Para korban bencana jebolnya natural dam Way Ela di desa Negeri Lima, pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah pada 25 Juli 2015 enggan mengikuti program transmigrasi lokal (Translok).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku Tengah, Bob Rachmat, dikonfirmasi, Sabtu, mengatakan, saat ditawarkan mengikuti program Translok ke pulau Seram mereka enggan dengan alasan ingin tetap di desa Negeri Lima.
Alasannya mereka memiliki kekentalan emosional maupun adat dengan saudara - saudara lainnya yang permukimannya tidak diterjang bencana.
"Jadi siap mengikuti program relokasi dengan lokasi permukiman masih dalam hak ulayat desa Negeri Lima," ujar Bob.
Relokasi juga merupakan hasil rekomendasi dari sejumlah tim ahli, baik dalam maupun luar negeri yang telah melakukan survei di sana.
"Realisasinya masih menunggu kucuran anggaran dari pemerintah pusat melalui Kementerian Perumahan Rakyat, Kementerian Sosial maupun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)," kata Bob.
Disinggung bantuan pangan, dia menjelaskan, masih intensif disalurkan kepada para pengungsi yang sementara ditampung di tenda - tenda.
"Kami intensif menyalurkan bantuan tersebut kepada para pengungsi korban bencana Way Ela yang hingga saat ini masih ditampung di tenda - tenda," ujar Bob.
Sebelumnya Kepala Balai Wilayah Sungai(BWS) Maluku, Mohammad Marasabessy, menyatakan, menyatakan korban jebolnya natural dam Way idialnya direlokasi.
"Relokasi dipandang perlu karena masih ada material sisa longsoran Gunung Ulakhatu pada 13 Juli 2012 yang membentuk natural dam Way Ela dalam kapasitas besar," katanya.
Sejumlah tim ahli, baik dalam maupun luar negeri telah merampungkan hasil survei, kajian dan penelitian di kawasan Way Ela. Namun, mempertimbangkan kondisi tekstur tanah di Negeri Lima, maka idialnya warga direlokasi.
Sejumlah tim ahli juga telah menyarankan berbagai masukan terkait pengembangan Way Ela dan BWS Maluku sedang merampungkan program yang cocok dikembangkan di sana.
Natural dam Way Ela berdasakan catatan Kementerian PU merupakan yang terbesar dari semua waduk yang terbentuk secara alamiah di Indonesia.
Karena itu, sebelum jebol Kementerian PU bekerjasama dengan JICA memprogramkan natural dam Way Ela menjadi potensi air baku, objek wisata, budidaya perikanan daeat dan pembangkit listrik tenaga air.
"Jadi kajian tim, baik dari JICA, badan geologi maupun lembaga ilmiah lainnya sedang dilaksanakan dengan harapan dalam waktu dekat telah merekomendasikan kelayakannya agar Kementerian PU mengalokasikan anggaran untuk pembangunan kembali natural dam Way Ela," ujar Mohammad.
Bencana Way Ela mengakibatkan tiga blok permukiman terhanyut air yakni Ulisihu, Elatua dan Henalelu terdata rumah yang rusak total maupun hanyut sebanyak 525 unit, SD sebanyak tiga unit, dua mushalla serta masing - masing satu tower Telkomsel, sarana air bersih SMA, taman pengajian, TK dan kantor KUD.
Sedangkan dua blok lainnya yang aman yakni Henalalu dan Nau.
Jebolnya natural dam Way Ela juga mengakibatkan tiga warga Negeri Lima teridentifikasi yakni Kasim Uluputty(85 tahun), Muksin Mahulauw (70 tahun) dan Arman Parasouw(66 tahun) dinyatakan hilang.
Namun, jenazah Muksin ditemukan di sekitar laut Teluk Piru, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) pada 31 Agustus 2013.
Korban Bencana Way Ela Enggan Ikut Translok
Sabtu, 2 November 2013 14:37 WIB