Ambon (ANTARA) - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Banda Neira terus memaksimalkan program pertanian warga binaan sebagai langkah nyata mendukung ketahanan pangan sekaligus memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari.
"Hari ini kami panen 17 ikat sayur kangkung segar hasil budidaya di lahan Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) seluas 200 meter persegi," kata Kepala Lapas Banda Neira Mikha dalam keterangan tertulis yang diterima di Ambon, Sabtu.
Mikha menjelaskan hasil panen kali ini merupakan yang kedua, dan jumlahnya meningkat dibandingkan sebelumnya.
“Sebagian besar kangkung didistribusikan untuk kebutuhan konsumsi warga binaan melalui dapur Lapas, sementara sisanya dipasarkan kepada masyarakat, termasuk pengunjung dan pegawai,” jelasnya.
Menurutnya, langkah ini strategis dilakukan dalam memastikan ketersediaan pangan yang sehat dan berkelanjutan.
“Dengan memanfaatkan hasil panen warga binaan, kita tidak hanya mengurangi ketergantungan pada pasokan luar, tetapi juga menjamin kualitas dan kesegaran sayuran yang dikonsumsi,” ujarnya.

Ia melanjutkan, di Lapas Banda Neira, pertanian bukan sekadar aktivitas bercocok tanam, melainkan bagian penting dari pembinaan yang menyentuh banyak aspek kehidupan warga binaan. Lahan kangkung yang dikelola bersama tidak hanya menjamin ketersediaan sayuran segar untuk dapur Lapas, tetapi juga menjadi sarana meningkatkan kualitas gizi dan asupan nutrisi warga binaan secara mandiri.
Melalui kegiatan ini, warga binaan juga memperoleh keterampilan baru di bidang pertanian modern, yang dapat menjadi bekal berharga setelah kembali ke masyarakat. Aktivitas menanam dan memanen juga memberi ruang bagi warga binaan untuk tetap produktif, menumbuhkan rasa percaya diri, serta menghadirkan kebanggaan karena mengonsumsi hasil kerja keras sendiri.
Ia menambahkan, program ini sejalan dengan arahan Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andrianto, yang mendorong kemandirian warga binaan melalui kegiatan produktif berbasis pertanian.
“Kami ingin setiap warga binaan memiliki keterampilan praktis yang bisa menjadi bekal ketika mereka kembali ke masyarakat,” tambahnya.
Salah seorang warga binaan, Budi (39), mengaku bangga bisa mengonsumsi hasil panen sendiri.
“Rasanya berbeda makan sayur yang kita tanam sendiri. Ada rasa puas karena ini hasil kerja keras kami, lebih segar, lebih enak, dan sehat,” katanya dengan senyum.
