Ternate, 12/11 (Antara Maluku) - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Maluku Utara, menargetkan, bisa memenuhi permintaan pasar ekspor udang vaname dengan produksi minimal 100 ton/bulan.
"Merealisasikannya dibutuhkan lahan seluas tiga hektare untuk pengembangan Keramba Jaring Apung (KJA) udang vaname," kata Kadis Kelautan dan Perikanan Maluku Utara, Buyung Radjiloen, di Ternate, Kamis.
Pengembangan satu hektare bisa ditebar 70 unit KJA. Jadi untuk memenuhi target produksi 100 ton/ bulan itu membutuhkan KJA sebanyak 210 unit dengan nilai investasi diperkirakan mencapai Rp16 miliar.
Bahkan, rencana ekspor udang vaname dari Maluku Utara didorong juga melalui pengembangan tambak rakyat pada wilayah yang memiliki potensi ketersediaan lahan.
Saat ini sudah ada beberapa lokasi yang sedang diujicoba untuk pengembangan udang vaname yaitu di Kabupaten Halmahera Selatan maupun Halmahera Barat.
"Sebagai terobosan baru, maka saat ini DKP Maluku Utara akan mendorong gerakan satu hektare satu tahun bagi pengembangan budidaya udang vaname," ujarnya.
Gerakan ini akan dimulai pada tahun anggaran 2016 dan diharapkan didukung Pemkab/ Pemkot, pelaku usaha kelautan dan perikanan serta masyarakat, khususnya nelayan, pembudidaya dan masyarakat pesisir lainnya.
Pihaknya berharap, dengan terobosan pengembangan budidaya udang vaname KJA di Maluku Utara bisa menggairahkan kembali pangsa ekspor kelautan dan perikanan, baik daerah ini maupun nasional.
Terobosan ini diharapkan juga mengganti komoditas ekspor ikan cakalang dan tuna yang 15 tahun lalu sempat menjadi primadona ekspor Maluku Utara Malut.
"Pastinya pengembangan udang tujuan ekspor ini harusnya memiliki daya saing dengan keunggulan komparatif," tandas Buyung.
Dia mengemukakan, budidaya udang vaname KJA ini lebih menguntungkan ketimbang ikan kerapu yang selama ini dikembangkan pembudidaya.
Budidaya udang vaname di KJA bisa dipanen tiga bulan setelah penebaran benih, sedangkan ikan kerapu membutuhkan waktu hingga satu setengah tahun.
"Proses perbenihan udang vaname juga jauh lebih mudah dan harga benih yang dipasarkan murah sehingga mengurangi ongkos produksi pembudidaya," kata Buyung.
Terobosan budidaya di Maluku Utara juga diarahkan untuk pengembangan rumput laut dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.