Judul ini memang singkat tetapi cukup sarat makna bagi masyarakat salah satu provinsi di kawasan timur Indonesia itu, yang hingga sekarang masih menyandang predikat sebagai salah satu daerah termiskin di Tanah Air.
Adalah motivator ulung Hery Margono yang menyampaikan hal tersebut, saat ia memberikan materi pada latihan dasar kepemimpinan bertajuk "Creative Leadership - Menuju Masa Depan Maluku Yang Gemilang" di hadapan ratusan pelajar utusan 58 SMA sederajat se-Kota Ambon, di Kampus Universitas Pattimura, Sabtu.
Acara itu sendiri bagian dari rangkaian kegiatan peringatan Hari Pers Nasional Tahun 2017 yang akan digelar pada 6-9 Februari di Kota Ambon.
"Beta bisa, Ale bisa, Katong bisa, Maluku pun bisa," adalah kalimat lengkap yang menjadi yel bagi semua peserta. Artinya, saya bisa, kamu bisa, kita bisa, (maka) Maluku juga bisa.
Hery yang juga pengusaha nasional bidang periklanan itu sengaja didatangkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia Pusat untuk memberikan motivasi bagi para pelajar di Maluku, agar mereka memiliki semangat tinggi dalam belajar demi meraih cita-cita dan menjadi manusia berguna baik bagi daerahnya maupun negara.
Pemikiran yang menjadi acuan adalah potensi sumber daya alam Maluku yang berlimpah terutama di laut ternyata belum bisa menyejahterakan masyarakatnya.
Belum sejahteranya masyarakat Maluku setidaknya didasarkan pada laporan Badan Pusat Statistik yang menempatkan provinsi ini sebagai daerah ke-4 termiskin di Indonesia.
Karena itu, upaya membentuk SDM Maluku yang unggul dan mau membangun daerahnya adalah suatu kebutuhan mutlak. Generasi muda daerah ini terutama pelajar dan mahasiswanya harus memiliki semangat untuk maju dan berkembang, dan karena itu mereka memerlukan pemahaman tentang kepemimpinan.
Dari pikiran
Salah satu pemahaman yang perlu dikuasai oleh para calon pemimpin, menurut Hery, adalah keyakinan yang berasal dari pikiran.
"You can if you think you can. Kamu bisa jika kamu pikir kamu bisa," katanya.
Menjabarkan maksud dari visi tersebut, Hery menayangkan beberapa video menarik berisi orang-orang yang sejak berusia muda sudah mencuri perhatian dunia, di antaranya termasuk Gayatri, pelajar asal Kota Ambon yang mengusai 14 bahasa.
"Jadikan semua orang guru kalian, jadikan semua tempat untuk belajar," adalah pesan utama Gayatri yang dibagikan.
Sayang, remaja super cerdas itu meninggal dunia pada usia masih muda.
Tayangan inspiratif lain yang ditampilkan adalah kisah ikan-ikan yang terkena jaring kapal nelayan, tetapi mampu membebaskan diri mereka dengan cara bersama-sama berenang ke satu arah. Kisah ini menunjukkan adanya pemimpin yang didengar pengikutnya, kerja sama, dan keyakinan.
Kekuatan pikiran juga diperlihatkan melalui rekaman video sejumlah tokoh terkenal yang melepaskan bohlam lampu pijar ke lantai tanpa membuatnya pecah melainkan memantul ke atas.
Beberapa kisah paradoks juga diperlihatkan, umumnya berisi pesan sikap-sikap buruk dan ketidakdisplinan yang sama sekali tidak menguntungkan dan tidak pantas ditiru.
Hal lain yang juga harus dimiliki generasi muda untuk menjadi seorang pemimpin yang baik adalah berani melakukan terobosan-terobosan baru yang kreatif.
Kepada ratusan pelajar yang hadir di acara tersebut, Hery juga memberikan wejangan-wejangan positif yang disebutnya 25 kebiasaan anak muda berprestasi. Beberapa di antaranya berupa sikap tidak menunda pekerjaan, disiplin, menghindari kemaksiatan, menghormati orang tua dan guru, dan yang terpenting belajar bukan untuk mencari nilai tetapi mendapatkan kepandaian.
"Buku terbuka"
Peringatan Hari Pers Nasional 2017 di Kota Ambon mengusung tema besar "Pers dan Rakyat Maluku Bangkit dari Laut". Penetapannya terkait geografis provinsi ini yang 93 persen merupakan lautan, tetapi masyarakatnya mengandalkan daratan untuk kehidupannya.
Hal yang terakhir itu diungkapkan Witjaksono, seorang pengusaha nasional yang memiliki lima pilar grup beranggotakan 25 perusahaan dengan aset tidak kurang dari Rp4 triliun, padahal usianya baru 35 tahun.
Kehadiran pria berlatar belakang bukan dari keluarga pejabat ataupun pengusaha itu seolah menjadi "buku terbuka" bagi para peserta pelatihan.
PWI Pusat sengaja menghadirkannya sebagai salah satu pembicara karena pengusaha muda asal Pati, Jawa Tengah itu juga bergerak di bidang perikanan, yang sumbernya adalah laut Maluku.
Menurut Witjaksono, potensi laut Maluku sangatlah besar tetapi pengelolaannya minim. Maksud dia, kekayaan laut itu tidak dikelola oleh masyarakat Maluku sendiri tetapi orang luar termasuk dirinya.
Ia juga mengungkapkan betapa dari Rp35 triliun hasil laut Maluku yang masuk kas negara per tahun, bagi hasilnya melalui APBN hanya Rp2,8 triliun.
"Ini tidak sebanding, dan karena itu SDM Maluku harus bangkit untuk mengelola potensi alamnya terutama laut yang sangat melimpah," kata pengusaha yang memulai karir dari berjualan keong emas dan ikan hias tersebut.
"Jangan jadi penonton"
Kekayaaan laut Maluku yang belum memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya tentu tidak bisa dibiarkan berlarut-larut tanpa ada upaya untuk memperbaikinya.
Gubernur Said Assagaff dalam amanatnya yang disampaikan Kepala Bappeda Anton Sihaloho secara tegas menyatakan masyarakat Maluku tidak boleh menjadi penonton yang hanya melihat kekayaannya dikelola oleh orang luar.
Menurut dia, Maluku sejak zaman dahulu menjadi objek terkenal yang diburu oleh jurnalis, sejarawan, peneliti, dan bangsa-bangsa asing karena kekayaan alamnya. Sayang, kekayaan itu sampai sekarang belum berbanding lurus dengan kemajuan masyarakatnya, dan itu semua juga akibat dari kapasitas dan kualitas SDM yang ada.
Karena itu, generasi muda terutama pelajar dan mahasiswa Maluku harus memiliki pemahaman dan kesadaran yang cukup untuk bangkit dan berkarya bagi kemajuan daerahnya.
Selain hasil perikanan tangkap dan budi daya, Maluku juga memiliki kekayaan berupa kandungan minyak dan gas alam cair di Blok Masela yang berada di Laut Arafura.
Kandungan migas Blok Masela yang hak pengelolaannya dipegang oleh INPEX Jepang dan Shell Belanda ini diperkirakan bernilai Rp300 triliun.
Berangkat dari tekad tidak mau hanya menjadi penonton, pemerintah provinsi pun mulai mempersiapkan SDM daerah untuk bisa ikut mengelola kekayaan alamnya tersebut.
Saat ini, sudah 30 mahasiswa berprestasi yang diberi beasiswa kuliah geologi di Universitas Padjadjaran Bandung, Jawa Barat.
Selain itu, bersama Universitas Pattimura dan Kementerian Pendidikan Tinggi, pemerintah provinsi akan membangun Institut Teknologi Ambon. Tujuannya, agar para pelajar yang berminat di bidang teknik pertambangan dan energi tidak perlu lagi studi di luar daerah yang membutuhkan biaya cukup besar.
Motivator dan "buku terbuka"sudah berbicara, pemerintah provinsi pun nyata tidak berpangku tangan. Sekarang, yang tersisa adalah kesadaran dan kemauan generasi muda Maluku untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar bisa melakukan hal-hal positif dan bermanfaat bagi masyarakat di daerah asalnya, juga bangsa dan negara.
Maluku Pun Bisa
Sabtu, 21 Januari 2017 15:51 WIB