Ambon, 13/11 (Antara Maluku) - Balai Arkeologi Maluku sedang mengupayakan untuk merekonstruksi lokasi bekas Perang Pasifik di Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara.
"Kami sudah memulainya sejak dua bulan lalu. Baru penelitian awal karena rekonstruksi ini akan dilakukan secara bertahap," kata Kepala Balai Arkeologi Maluku Muhammad Husni di Ambon, Senin.
Upaya rekonstruksi lokasi bekas Perang Pasifik dan menjadikannya seperti semula, merupakan permintaan khusus dari Bupati Pulau Morotai Benny Laos kepada Balai Arkeologi Maluku.
Bupati Benny, kata Husni, ingin menjadikan lokasi-lokasi bekas Perang Pasifik sebagai salah satu situs sejarah, destinasi wisata dan museum lapangan bagi siapa saja yang ingin melihat gambaran langsung situasi perang yang terjadi di masa akhir Perang Dunia II itu.
"Dari segi sejarah, Morotai sangat potensial untuk diteliti. Rekonstruksi ini juga berkaitan dengan pengembangan daerah itu, bupatinya telah memikirkan seperti apa nanti daerahnya pada 20 sampai 30 tahun ke depan," katanya.
Terkait itu, Balai Arkeologi Maluku telah menurunkan enam peneliti melakukan studi penjajakan pada September 2017, guna mengumpulkan data titik-titik pengamatan untuk ditindaklanjuti.
Riset yang dipimpin langsung oleh Muhammad Husni itu berhasil mengumpulkan berbagai data sisa-sisa peninggalan Perang Pasifik, salah satunya adalah bekas pangkalan udara militer Jepang di Daruba, ibu kota Morotai.
Di pangkalan militer yang tidak terawat tersebut masih bisa ditemukan tujuh landasan pesawat terbang, tank, bunker, meriam dan lainnya dalam kondisi rusak berat.
Selain itu, tim peneliti juga menemukan komplek pemakaman yang diduga adalah milik tentara Jepang yang tewas dalam Perang Pasifik, dan galangan kapal militer yang tidak terawat.
"Penelitian kemarin masih dilakukan secara acak, tapi ada beberapa lokasi penting yang sudah kami tandai untuk nantinya didalami lebih lanjut," ucapnya.
Berada di bibir Samudera Pasifik, Morotai merupakan salah satu pulau paling utara Indonesia yang menyimpan sejarah Perang Asia Timur Raya atau Perang Pasifik antara tentara sekutu dan Jepang.
Sejarah mencatat tidak hanya Jepang yang pernah menduduki Morotai pada 1942 dan membangun pangkalan militernya di sana, Amerika Serikat dan Australia yang merupakan kelompok sekutu juga pernah menjadikannya sebagai basis utama untuk membebaskan Filipina.
Kala itu, pulau kecil tersebut sempat mengalami perang dahsyat, yakni Pertempuran Morotai pada 15 September 1944.
Arkeolog Wuri Handoko mengatakan sejalan dengan upaya rekonstruksi, pihaknya juga telah memilikirkan beberapa perencanaan terkait itu, salah satunya adalah menerbitkan buku dan jurnal-jurnal penting terkait sejarah Perang Pasifik di Morotai.
Karena masih sedikit tulisan dan catatan sejarah yang mengupas tentang peran penting Morotai dan posisinya dalam Perang Pasifik.
Ia memisalkan tentang kisah Teruo Nakamura, prajurit Kekaisaran Jepang asal Taiwan, Republik Rakyat Tiongkok, yang bersembunyi di hutan Desa Pilowo, Pulau Morotai hingga tahun 1974.
"Banyak hal kami rencanakan terkait rekonstruksi itu, karena nantinya ini juga akan menjadi aset daerah, hasilnya bisa dijadikan buku dan jurnal-jurnal yang menjadi referensi sejarah," ujarnya.