Langgur (ANTARA) - Penanganan masalah kekerdilan (stunting) di Maluku Tenggara (Malra) sudah sangat baik, Bappeda dan Asnib di kabupaten ini mampu menyatukan Organisasi Perangkat Daerah sehingga intervensi yang dilakukan konvergen dan sinergis, kata Duta Parenting Maluku, Widya Pratiwi.
Isteri Gubernur Murad Ismail itu menyatakan hal tersebut dalam Rapat Koordinasi Monitoring dan Evaluasi Percepatan Penurunan Stunting di Malra, berlangsung di Aula Kantor Bupati Maluku Tenggara di Langgur, Jumat malam.
Widya menyatakan tidak terlihat adanya ego program maupun ego sektoral sehingga di beberapa desa lokus stunting tahun 2020 tidak terdapat lagi anak yang menderita kondisi pertumbuhan buruk (kerdil).
"Luar biasa pemberdayaan yang dilaksanakan oleh Ibu Asnib bersama TP-PKK Maluku Tenggara, sungguh luar biasa," ujarnya.
Namun, lanjutnya, jika melihat data-data yang ada pada Dinas Kesehatan, persentase ASI Eksklusif secara umum di Maluku masih sangat memprihatinkan. Tahun 2020 hanya 348 anak-anak yang mendapat ASI Eksklusif, khusus untuk Malra persentasenya 51,64.
"ASI sangat penting dan gratis dari Tuhan untuk anak-anak kita, tetapi nyatanya di Maluku, ibu-ibu masih banyak yang tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya," katanya.
Widya mengakui Maluku Tenggara punya potensi yang luar biasa, dan dirinya merasakan semangat untuk mau maju dan menyejahterakan masyarakat.
Karena itu, ia juga memberikan tantangan agar Malra menjadi contoh peningkatan cakupan ASI Eksklusif.
"Asnib Parenting Malra, Ibu Eva Eliya Hanubun suka menciptakan inovasi,
mendorong dan memberdayakan masyarakat, saya percaya beliau pasti punya cara sehingga semua ibu-ibu hamil dipersiapkan dan dimampukan untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya," kata Widya.