New York (ANTARA) - Dolar AS tergelincir pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), tertekan imbal hasil obligasi Pemerintah AS yang tetap lemah di tengah penguatan euro dan pounds Inggris ketika para investor menantikan pertemuan bank sentral Eropa dan Amerika Serikat.
Data pekerjaan AS pada Jumat (4/6) telah memberikan tekanan pada dolar, karena investor bertaruh bahwa pertumbuhan pekerjaan tidak cukup kuat untuk meningkatkan ekspektasi Federal Reserve AS memperketat kebijakan moneternya.
Langkah itu berlanjut pada Senin (7/6), dengan imbal hasil obligasi pemerintah bertahan lemah, setelah penurunan pada Jumat (4/6), mengurangi permintaan untuk mata uang AS.
“Imbal hasil obligasi pemerintah sedikit lebih tinggi pada sesi ini, meskipun tetap jauh di bawah level yang terlihat sebelum laporan ketenagakerjaan. Ini kemungkinan pendorong pelemahan dolar AS pada Senin (7/6),” kata Ronald Simpson, Direktur Pelaksana analisis mata uang global di Action Economics.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya merosot 0,21 persen pada 89,946, sementara euro menguat 0,23 persen menjadi 1,2194 dolar AS. Dolar AS juga jatuh 0,23 persen menjadi 109,26 yen Jepang.
Baca juga: Dolar goyah jelang angka inflasi setelah tertekan data pekerjaan AS, begini penjelasannya
Imbal hasil obligasi Pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan terakhir di 1,569 persen. Mereka turun menjadi 1,560 persen dari 1,628 persen pada Jumat (4/6).
“Pada titik ini sepertinya pasar benar-benar ingin mendapatkan posisi short dolar. Bagi kami itu menunjukkan ada risiko mengejar langkah ini. Ini adalah posisi yang ramai. Anda sudah mendapatkan bagian pasar yang cukup besar yang merupakan net short dolar AS, jadi jika kita merasa perlu mengguncang posisi tersebut,” kata Bipan Rai, Kepala Strategi Valas Amerika Utara di CIBC Capital Markets.
Sementara Rai mengatakan ada "beberapa risiko dolar akan reli" dia mencatat bahwa investor sedang menunggu pertemuan Federal Reserve minggu depan.
Pelaku pasar juga akan melihat data inflasi AS dan pertemuan Bank Sentral Eropa, keduanya pada Kamis (10/6).
Retorika dovish dari pembuat kebijakan ECB menunjukkan bank tidak terburu-buru untuk memperlambat laju pembelian di bawah Program Pembelian Darurat Pandemi (PEPP) 1,85 triliun euro (2,24 triliun dolar AS).
Baca juga: Dolar jatuh akibat data pekerjaan AS redupkan harapan pengetatan Fed, begini penjelasannya
Spekulan menurunkan posisi net short dolar mereka di minggu terakhir, menurut perhitungan Reuters dan data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS yang dirilis pada Jumat (4/6).
Investor mata uang tampaknya mengabaikan berita bahwa Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara kaya lainnya mencapai kesepakatan pada Sabtu (5/6) untuk memeras lebih banyak uang dari perusahaan multinasional, seperti Amazon dan Google, dan mengurangi insentif mereka untuk mengalihkan keuntungan ke surga pajak rendah di luar negeri.
“Diperkirakan mereka akan mencapai semacam kesepakatan,” kata Rai dari CIBC, tetapi dia mengatakan investor kemungkinan akan berhati-hati dalam bertaruh karena “Jalannya panjang dan memiliki banyak risiko.”
Dolar Australia, yang dipandang sebagai proksi untuk selera risiko, naik 0,22 persen versus dolar AS di 0,776.
Di pasar mata uang kripto, Bitcoin turun 0,83 persen menjadi 35.507 dolar AS, sementara Ether turun 0,61 persen menjadi 2.693 dolar AS.
Baca juga: Emas naik 6,8 dolar AS karena "greenback" jatuh, begini penjelasannya
Baca juga: Setelah 2 minggu terpuruk, harga emas bangkit 18,7 dolar. Begini penyebabnya
Dolar AS tergelincir tertekan imbal hasil obligasi yang tetap lemah, rinciannya ada disini
Selasa, 8 Juni 2021 6:40 WIB