New York (ANTARA) - Dolar AS jatuh pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah data penggajian (payrolls) nonpertanian AS menunjukkan perekrutan meningkat pada Mei karena pandemi mereda, tetapi tidak sebanyak yang diharapkan, meredam ekspektasi Federal Reserve (Fed) akan memperketat kebijakan moneter lebih cepat dari yang diperkirakan.
Data penggajian nonpertanian AS meningkat 559.000 pekerjaan pada bulan lalu, dibantu oleh tingkat vaksinasi COVID-19 yang lebih tinggi, tetapi itu di bawah perkiraan konsensus untuk 650.000 pekerjaan yang ditambahkan pada Mei.
"Angka penggajian ini sedikit mengecewakan," kata Analis Pasar Senior OANDA, Edward Moya. Laporan yang lebih lemah dari perkiraan berarti tidak ada urgensi bagi The Fed untuk mulai mengurangi pembelian obligasi bulanan sebesar 120 miliar dolar AS untuk mendukung perekonomian, katanya.
"Kabar buruk tentang ekonomi adalah kabar baik bagi Fed yang sangat akomodatif, yang akan menahan dolar," kata Moya.
Baca juga: Perkuat modal, BNI siap terbitkan obligasi 500 juta dolar AS
Meskipun terjadi kenaikan pada Mei, penggajian nonpertanian tetap 5,0 persen atau 7,6 juta pekerjaan, di bawah tingkat sebelum krisis, Jocelyn Paquet, seorang ekonom di National Bank of Canada, mengatakan dalam catatan kepada kliennya.
"Oleh karena itu, masih ada jalan panjang untuk menuju pasar tenaga kerja," katanya.
Pada pukul 15.00 waktu setempat (19.00 GMT), indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya turun 0,38 persen pada 90,135, merosot dari tertinggi tiga minggu di awal sesi.
Ahli strategi valuta asing dalam jajak pendapat Reuters hampir terbagi rata pada arah dolar jangka pendek setelah dua bulan pelemahan yang luas, karena mereka menunggu tanda-tanda yang lebih jelas dari para pembuat kebijakan.
Euro menguat 0,31 persen menjadi 1,21650 dolar AS. Dolar Australia, yang telah turun ke level terendah sejak April pada Kamis (3/6/2021), melonjak 1,08 persen menjadi 0,77430 dolar AS, sedangkan dolar Selandia Baru naik 0,97 persen pada 0,72115 dolar AS.
Baca juga: Menkeu apresiasi pinjaman 1,5 miliar dolar Australia untuk atasi pandemi
"Dolar memiliki beberapa momentum negatif di sini sekarang menuju minggu depan, jadi saya tidak akan terkejut jika beberapa dari aksi harga ini tumpah ke perdagangan Asia minggu malam," kata Direktur dan Kepala Strategi Valas Exchange Bank of Canada, Erik Bregar.
Dolar telah reli pada Kamis (3/6/2021), mencatat kenaikan harian terbesar dalam sebulan, setelah klaim pengangguran mingguan AS turun di bawah 400.000 untuk pertama kalinya sejak pandemi dimulai lebih dari setahun yang lalu dan penggajian swasta meningkat secara signifikan lebih dari yang diharapkan.
Sementara itu, yen Jepang turun 0,71 persen, berpindah tangan pada 109,505 versus dolar.
Yuan China melemah melewati level 6,40, setelah merosot dari level tertinggi tiga tahun ketika bank sentral China bergerak untuk membatasi kenaikan mata uangnya awal pekan ini.
Baca juga: Rupiah berpeluang menguat seiring pembukaan ekonomi
Presiden AS Joe Biden menandatangani perintah eksekutif pada Kamis (3/6/2021) yang melarang entitas AS berinvestasi di lusinan perusahaan China yang diduga terkait dengan sektor teknologi pertahanan atau pengawasan, sebuah langkah yang menurut pemerintahannya memperluas cakupan perintah era Trump yang cacat hukum.
Mata uang kripto jatuh setelah tweet dari bos Tesla Elon Musk muncul menyesali perceraiannya dengan Bitcoin. Posisi besar Tesla dalam Bitcoin dan pengikut pribadi Musk yang besar sering membuat pasar kripto gelisah setiap kali dia men-tweet.
Bitcoin turun 5,3 persen pada 37.155,27 dolar AS, sementara Ether jatuh 4,2 persen pada 2.697,43 dolar AS.
Baca juga: IMF, Bank Dunia sediakan miliaran dolar untuk atasi Covid-19
Dolar jatuh akibat data pekerjaan AS redupkan harapan pengetatan Fed, begini penjelasannya
Sabtu, 5 Juni 2021 11:29 WIB