Wakil Gubernur (Wagub)  Maluku Barnabas Orno menegaskan seluruh komponen Gereja Protestan Maluku (GPM) telah berandil besar membantu pemerintah mengendalikan dan mengatasi penyebaran COVID-19 di provinsi tersebut.

"Sejak COVID-19 merebak GPM telah menutup semua kegiatan ibadah di gedung gereja dan mengalihkannya ke kebaktian keluarga sebagai basis pembinaan yang pertama dan utama. ini langkah bijak dalam mendukung upaya pemerintan memerangi COVID-19," kata Wagub saat menghadiri peringatan HUT ke-86 GPM, di Ambon, Senin.

Langkah bijak GPM dengan mengalihakn ibadah di gedung gereja ke basis keluarga untuk menghindari kerumunan dan aktivitas yang berpotensi menimbulkan klaster baru. 

Selain itu, GPM juga terlibat aktif bahkan proaktif dalam menunjang program vaksinasi sebagai cara bijak mengatasi penyebaran COVID-19, dan bersama-sama menjadikan Maluku sebagai daerah yang bebas dari pandemi tersebut.

Menurutnya, pandemi COVID-19 yang menjadi persoalan global yang berpengaruh terhadap tatanan kehidupan di berbagai sektor, dan menjadi pergumulan bersama semua pihak termasuk agama-agama.

"Semua upaya yang dilakukan ini hendak menegaskan bahwa selain pembinaan kepada umat, GPM telah menjadi gereja publik yang terus konsisten dan militan dalam merajut ikatan-ikatan sosial, mengatasi berbagai persoalan kemanusiaan, termasuk merajut tindakan kebangsaan dalam semangat Bhineka Tunggal Ika," katanya.
Wakil Gubernur Maluku Barnabas Orno (kiri) menghadiri perayaan HUT ke-86 Gereja Protestan Maluku (GPM) di Gereja Maranatha Ambon, Senin (6/9). (ANTARA/Jimmy Ayal)

Wagub menegaskan peran GPM di usia 86 tahun semakin matang dan mengokohkan fondasi sebagai gereja orang basudara dalam membangun nilai etik dan moral serta hubungan sosial umat beragama di 34 Klasis dan 765 jemaat di Provinsi Maluku dan Maluku Utara yang diwadahinya.

Dia berharap seluruh pimpinan dan pelayan GPM dapat terus mengembangkan diri dalam semangat moto "menanam dan menyiram dan Allah memberi pertumbuhan" dalam membangun ketangguhan umat menghadapi berbagai masalah kebangsaan saat ini. 

"Sebagai mitra kami berharap GPM sebagai gereja berkonteks laut pulau terus mengarungi samudera pelayanannya dengan ombak dan gelombangnya, dalam suka dan dukanya untuk membangun ketangguhan umat menghadapi berbagai tantangan," katanya.

Usia yang semakin matang telah mengantarkan GPM menjadi gereja yang tangguh di tengah pergumulan zaman, gereja yang terus merajut kebersamaan dan kepedulian etik sosial, guna bersama-sama menghadirkan kemaslahatan bagi seluruh ciptaan Tuhan.

Sedangkan Ketua Majelis Pekerja harian (MPH) Sinode GPM Pendeta Elifas Maspaitella menegaskan, keputusan GPM pada 6 September 1935 sebagai gereja mandiri dan lepas dari kungkungan pemerintahan Hindia Belanda, merupakan keputusan iman penting untuk membawa umat dan sekaligus bangsa keluar dari krisis dan tekanan yang dihadapi saat itu.

"Keputusan yang dilakukan pada 1935 itu sekaligus menandai hari lahirnya GPM sebagai keputusan yang etis untuk menyebarluaskan kabar pembebasan, keadilan dan kesetaraan sebagai inti dari berita injil yang membebaskan dan memanusiakan," katanya.
Ketua Majelis Pekerja Harian (MPH) Sinode Gereja Protestan Maluku Pendeta Elifas T. Maspaitella memberikan keterangan seusai perayaan HUT ke-86 (GPM) di Gereja Maranatha Ambon, Senin (6/9). (ANTARA/Jimmy Ayal)

Dia menegaskan, GPM dalam perjalanan 86 tahun bertumbuh menghadapi banyak tantangan, diantaranya pada 1950 GPM bersatu sebagai bangsa merdeka menghadapi separatis, selanjutnya 1960 yang mengharuskan gereja tersebut mengeluarkan "pesan tobat", serta upaya memelihara "hidup orang basudara" untuk mengatasi konflik sosial bernuansa agama pada 1999.

"Karena itu tidak salah jika GPM dengan pelayanannya mencakup Maluku dan Maluku Utara saat menjadi batu uji dan laboratorium perdamaian antaragama di dunia," tegasnya.

Berkaitan pandemi COVID-19, Elifas menegaskan, tidak dapat meruntuhkan iman Kristiani, sekaligus menunjukkan kebajikan dan kemurahan Tuhan Yesus, dan GPM telah menjawab tantangan tersebut melalui partisipasi dalam upaya memutus mata rantai penyebarannya, dengan melakukan perubahan besar atas tradisi bergereja, temasuk tata cara perjamuan kudus sebagai sakramen kudus yang memiliki makna tersendiri bagi GPM.

Bahkan jemaat-jemaat juga telah berperan aktif melakukan pelayanan diakonia secara rutin serta  pendampingan dan pastoral kepada umat yang terinfeksi COVID-19.

"Kami percaya Tuhan memberi hikmat kepada pemerintah untuk mengupayakan langkah guna meningkatkan ketangguhan masyarakat menghadapi pandemi, salah satunya melalui vaksinasi untuk memutus rantai penularan virus corona," katanya. 

Elifas mengajak seluruh umat untuk bersyukur kepada Tuhan yang telah memampukan para dokter dan tenaga medis untuk bekerja optimal, dan mereka menjadi contoh dari suatu tindakan penyangkalan diri (kenosis) dengan melayani  sambil sadar bahwa keadaan mereka rentan terpapar pandemi tersebut.

"Mari kita doakan agan para dokter dan tenaga medis diberkati Tuhan dan seluruh bangsa dan dunia ini diberkati Tuhan untuk melewati dan mengatasi krisis kemanusiaan ini secara bersama-sama. Pandemi COVID-19 memberikan pelajaran penting bagi umat GPM dan seluruh masyarakat untuk menikmati indahnya hidup berkeluarga," katanya.

Pewarta: Jimmy Ayal

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021