Sejumlah pedagang seragam dan peralatan sekolah di Kota Ternate, Maluku Utara (Malut) meraup keuntungan saat tahun ajaran sekolah baru 2022.
"Dalam sepekan ini, rata-rata warga yang datang membeli pakaian sekolah rata-rata untuk siswa SD sederajat, apalagi tahun ajaran baru ini sekolah telah diberlakukan belajar tatap muka," kata salah seorang pedagang peralatan sekolah Pasar Rakyat Gamalama, Roni Husen kepada ANTARA, di Ternate, Sabtu.
Menurut dia, untuk peralatan sekolah mulai seragam bagi siswa SD sederajat dijual mulai Rp150 ribu hingga Rp170 ribu per pasang.
Begitu pula, seragam sekolah untuk ukuran besar dijual dengan harga Rp200 ribu, tas sekolah dijual dengan harga 120 hingga 170 ribu, sedangkan harga tas sekolah impor dijual Rp225 ribu per buah.
Sedangkan, untuk alat tulis seperti buku tulis dijual dengan harga variatif mulai dari Rp30 ribu per lusin hingga Rp45 ribu per lusin, serta sepatu sekolah dijual dengan harga mulai Rp170 ribu hingga Rp250 ribu per buah.
Roni mengakui, dalam sepekan ini, pakaian seragam sekolah untuk SD dan SMP sederajat laku di pasar, bahkan setiap hari biasanya laku di atas 30 paket pakaian seragam sekolah.
"Alhamdulillah, keuntungan menjelang tahun ajaran baru sangat meningkat dan setiap bisa bisa mencapai di atas Rp3 juta per hari," kata Roni.
Baca juga: Orang tua murid di Ambon agar laporkan pungli PPDB, identitas pelapor harus dilindungi
Sementara itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi Malut mengakui, untuk sistem zonasi Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) diterapkan hingga tahun 2019 khususnya di kota Ternate dan Tidore Kepulauan berlangsung aman dan tidak ada masalah.
Sekretaris Dikbud Malut, Amiruddin menyatakan, tidak ada masalah untuk penerapan zonasi PPDB di Ternate dan Tidore Kepulauan, karena ada sekolah-sekolah umum sehingga ada pemerataan anak-anak yang berprestasi itu tidak tertumpuk pada satu sekolah dengan ada sistem zonasi itu.
Dia menjelaskan, sistem zonasi memiliki kekurangan dan kelebihan, sehingga kelebihannya siswa-siswi mudah dikontrol karena jarak dari rumah ke sekolah tidak terlalu jauh. Kemudian, dalam persiapan ke sekolah juga, siswa-siswi dapat melakukan dengan santai.
Baca juga: Toko penjual seragam sekolah di Ambon ramai pembeli
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022
"Dalam sepekan ini, rata-rata warga yang datang membeli pakaian sekolah rata-rata untuk siswa SD sederajat, apalagi tahun ajaran baru ini sekolah telah diberlakukan belajar tatap muka," kata salah seorang pedagang peralatan sekolah Pasar Rakyat Gamalama, Roni Husen kepada ANTARA, di Ternate, Sabtu.
Menurut dia, untuk peralatan sekolah mulai seragam bagi siswa SD sederajat dijual mulai Rp150 ribu hingga Rp170 ribu per pasang.
Begitu pula, seragam sekolah untuk ukuran besar dijual dengan harga Rp200 ribu, tas sekolah dijual dengan harga 120 hingga 170 ribu, sedangkan harga tas sekolah impor dijual Rp225 ribu per buah.
Sedangkan, untuk alat tulis seperti buku tulis dijual dengan harga variatif mulai dari Rp30 ribu per lusin hingga Rp45 ribu per lusin, serta sepatu sekolah dijual dengan harga mulai Rp170 ribu hingga Rp250 ribu per buah.
Roni mengakui, dalam sepekan ini, pakaian seragam sekolah untuk SD dan SMP sederajat laku di pasar, bahkan setiap hari biasanya laku di atas 30 paket pakaian seragam sekolah.
"Alhamdulillah, keuntungan menjelang tahun ajaran baru sangat meningkat dan setiap bisa bisa mencapai di atas Rp3 juta per hari," kata Roni.
Baca juga: Orang tua murid di Ambon agar laporkan pungli PPDB, identitas pelapor harus dilindungi
Sementara itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi Malut mengakui, untuk sistem zonasi Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) diterapkan hingga tahun 2019 khususnya di kota Ternate dan Tidore Kepulauan berlangsung aman dan tidak ada masalah.
Sekretaris Dikbud Malut, Amiruddin menyatakan, tidak ada masalah untuk penerapan zonasi PPDB di Ternate dan Tidore Kepulauan, karena ada sekolah-sekolah umum sehingga ada pemerataan anak-anak yang berprestasi itu tidak tertumpuk pada satu sekolah dengan ada sistem zonasi itu.
Dia menjelaskan, sistem zonasi memiliki kekurangan dan kelebihan, sehingga kelebihannya siswa-siswi mudah dikontrol karena jarak dari rumah ke sekolah tidak terlalu jauh. Kemudian, dalam persiapan ke sekolah juga, siswa-siswi dapat melakukan dengan santai.
Baca juga: Toko penjual seragam sekolah di Ambon ramai pembeli
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022