Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) menggelar Festival Pesona Meti Kei (FPMK) yang telah ditetapkan sebagai kalender wisata nasional pada tahun ini.
Bupati Malra M Thaher Hanubun di Langgur, Kamis, mengatakan FPMK tahun ini lebih banyak menyuguhkan lomba olahraga dalam rangka mengenalkan dan memajukan pariwisata di wilayah terluar Provinsi Maluku tersebut.
"Di FPMK 2022 sejumlah sajian kita tampilkan yakni dayung tradisional, voli pantai, futsal ekstrim, balap sepeda, memungut hasil laut secara tradisional, hingga puncaknya yakni konser musik pesta rakyat di Pantai Ngiarwarat Ohoidertawun Kecamatan Kei Kecil pada tanggal 26 Oktober," kata Thaher.
Nama festival ini diambil dari sebutan warga setempat untuk fenomena alam berupa air laut yang surut jauh ke darat atau meti. Warga setempat sejak dulu memanfaatkan fenomena meti untuk mencari ikan dan dalam beberapa tahun terakhir Pemkab Malra menjadikannya sebagai daya tarik wisata dalam bentuk festival.
Baca juga: Festival Meti Kei, wisatawan terpukau tradisi "Wer Warat" yang unik
Sejumlah sajian berupa olahraga pantai, seni, budaya, memungut hasil laut secara tradisional, ekonomi kreatif, dan konser musik (pesta rakyat) disuguhkan selama pelaksanaan FPMK 2022.
Untuk lomba dayung, lanjut Thaher, sudah mulai dilaksanakan pada Rabu (19/10). Berbeda dengan tahun sebelumnya, pelaksanaan lomba di lokasi yang berbeda, yakni di Ohoi Wain dimana teluk Wain memiliki keindahan hutan bakau. Lokasi itu juga ada situs budaya, yakni Rumah Raja Wain dan situs sejarah Kei yakni Makam Nen Dit Sakmas.
Hal yang berbeda juga pada pelaksanaan FPMK tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya yakni tidak ada tarik tali atau menangkap ikan secara tradisional dengan membentangkan dan menarik tali yang dililit janur kuning kelapa ke darat. Tahun ini dilakukan Bameti, yakni mengambil hasil laut secara tradisional ketika air surut, yang dilakukan serentak di 11 Kecamatan di Malra.
Kemudian pada puncak FPMK, yakni tanggal 26 Oktober akan dilaksanakan konser musik, pameran Ekraf, dan penampilan seni dan budaya di Pantai Ngiarwarat Ohoidertawun Kecamatan Kei Kecil.
Seluruh sajian yang ditampilkan sebagaimana tujuan utama FPMK adalah memperkenalkan destinasi wisata yang ada Kepulauan Kei Maluku Tenggara.
"Dan besar harapannya akan menggerakkan roda perekonomian masyarakat melalui sektor pariwisata," demikian Thaher.
Baca juga: Pemkab Malra santuni Rp25 juta peserta yang wafat di lomba dayung FPMK
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022
Bupati Malra M Thaher Hanubun di Langgur, Kamis, mengatakan FPMK tahun ini lebih banyak menyuguhkan lomba olahraga dalam rangka mengenalkan dan memajukan pariwisata di wilayah terluar Provinsi Maluku tersebut.
"Di FPMK 2022 sejumlah sajian kita tampilkan yakni dayung tradisional, voli pantai, futsal ekstrim, balap sepeda, memungut hasil laut secara tradisional, hingga puncaknya yakni konser musik pesta rakyat di Pantai Ngiarwarat Ohoidertawun Kecamatan Kei Kecil pada tanggal 26 Oktober," kata Thaher.
Nama festival ini diambil dari sebutan warga setempat untuk fenomena alam berupa air laut yang surut jauh ke darat atau meti. Warga setempat sejak dulu memanfaatkan fenomena meti untuk mencari ikan dan dalam beberapa tahun terakhir Pemkab Malra menjadikannya sebagai daya tarik wisata dalam bentuk festival.
Baca juga: Festival Meti Kei, wisatawan terpukau tradisi "Wer Warat" yang unik
Sejumlah sajian berupa olahraga pantai, seni, budaya, memungut hasil laut secara tradisional, ekonomi kreatif, dan konser musik (pesta rakyat) disuguhkan selama pelaksanaan FPMK 2022.
Untuk lomba dayung, lanjut Thaher, sudah mulai dilaksanakan pada Rabu (19/10). Berbeda dengan tahun sebelumnya, pelaksanaan lomba di lokasi yang berbeda, yakni di Ohoi Wain dimana teluk Wain memiliki keindahan hutan bakau. Lokasi itu juga ada situs budaya, yakni Rumah Raja Wain dan situs sejarah Kei yakni Makam Nen Dit Sakmas.
Hal yang berbeda juga pada pelaksanaan FPMK tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya yakni tidak ada tarik tali atau menangkap ikan secara tradisional dengan membentangkan dan menarik tali yang dililit janur kuning kelapa ke darat. Tahun ini dilakukan Bameti, yakni mengambil hasil laut secara tradisional ketika air surut, yang dilakukan serentak di 11 Kecamatan di Malra.
Kemudian pada puncak FPMK, yakni tanggal 26 Oktober akan dilaksanakan konser musik, pameran Ekraf, dan penampilan seni dan budaya di Pantai Ngiarwarat Ohoidertawun Kecamatan Kei Kecil.
Seluruh sajian yang ditampilkan sebagaimana tujuan utama FPMK adalah memperkenalkan destinasi wisata yang ada Kepulauan Kei Maluku Tenggara.
"Dan besar harapannya akan menggerakkan roda perekonomian masyarakat melalui sektor pariwisata," demikian Thaher.
Baca juga: Pemkab Malra santuni Rp25 juta peserta yang wafat di lomba dayung FPMK
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022