Ambon (Antara Maluku) - Kapal ikan asing banyak yang beroperasi secara liar di perairan pulau Teon, Nila dan Serua (TNS), kabupaten Maluku Tengah.

Keberadaan kapal-kapal itu pun sulit terpantau oleh TNI-AL karena keterbatasan armada dan kurangnya pengawasan, kata seorang tokoh masyarakat.

"Aktivitas yang merugikan negara tersebut telah berlangsung lama dan telah dilaporkan kepada Bupati Maluku Tengah, Abdullah Tuasikal," kata tokoh masyarakat TNS, Benny Formes, di Ambon, Jumat.

Ia mengungkapkan, kapal-kapal nelayan asing itu teridentifikasi berasal dari Jepang, Taiwan dan Thailand, beroperasi di perairan pulau TNS (Laut Banda) yang kaya aneka jenis ikan kualitas ekspor.

"Para nelayan asing itu biasa beroperasi pada malam hari dengan memanfaatkan pukat harimau. Kegiatan mereka itu jelas bisa merusak terumbu karang maupun karang permanen yang ada di sana," katanya.

Jika penangkapan ikan secara ilegal itu dibiarkan terus berlangsung, kata Benny, jelas negara akan mengalami kerugian besar dan hasil laut perairan TNS pun tidak bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat setempat secara maksimal.

Diungkapkan pula, perairan pulau TNS juga menjadi sasaran penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak (bom rakitan) yang merusak ekosistem laut.

"Kalau yang ini umumnya dilakukan nelayan dari Kadatua, Buton, Sulawesi Tenggara. Mereka juga memanfaatkan tabung oksigen untuk menyelam dan mengangkat ikan yang mati akibat ledakan bom rakitan, dan jumlahnya bisa puluhan karung," kata Benny.

"Selain ikan, mereka juga mencari teripang dan sumber daya hayati laut lain di perairan TNS," tambahnya.

Perairan TNS juga terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya, yang hingga kini menjadi salah satu tujuan utama para penyelam dari berbagai negara,

Pewarta: Lexy Sariwating

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2011