Ambon (Antara Maluku) - Staf Pusat Vulkanologi dan Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, Salwan Palgunadi memastikan terjadi amblasan (penurunan tanah) di desa Leinitu dan Sila, pulau Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah.
"Amblasan terjadi karena tekstur tanah berupa bebatuan koral sehingga bila terjadi gempa tektonik membentuk rongga-rongga," kata Salwan yang dikonfirmasi di sela peninjauan di desa Leinitu melalui telpon, Selasa.
Amblasan yang ditinjau di desa Leinitu dan Sila itu berdasarkan pengamatan mengakibatkan retak-retak yang melingkar.
"Jadi masyarakat jangan resah dengan amblasan tersebut karena itu tidak berdampak pada terjadinya patahan besar, gelombang pasang (tsunami) maupun munculnya gunung api baru sebagaimana diisukan akhir-akhir ini," tandasnya.
Disinggung penelitian amblasan tersebut, Salwan menjelaskan, tergantung perhatian Pemprov Maluku maupun Pemkab Maluku Tengah.
"Kami baru melakukan peninjauan saja sehingga dilihat secara kasat mata. Bila dilakukan penelitian, maka perlu peralatan antara lain geo radar sehingga bisa meneropong amblasan tersebut," katanya.
Kadis ESDM Maluku, Bram Tomasoa mengakui telah meninjau terjadinya amblasan di desa Leinitu berukuran 2 X 3 meter akibat gempa mengguncang pulau Nusalaut sejak 1 Juni 2012 pada 20 Juni lalu.
"Itu bukan patahan sebagaimana isu berkembang karena sebenarnya terjadi amblasan yang wajar dengan tekstur tanah di bawahnya yang batu karang. Dengan demikian terjadi pelarutan sehingga bila ada guncangan gempa tektonik, maka pasti terjadi amblasan," katanya.
Apalagi Provinsi Maluku merupakan pertemuan tiga lempeng besar yakni Pasifik, Indo Australia dan Eurasia.
Lempeng Indo-Australia masuk ke bawah Eurasia, bertemu dengan Lempeng Pasifik sehingga memungkinkan terjadi amblasan hingga patahan yang tidak beraturan.
Sebelumnya Kepala Desa Leinitu, Decky Tanasale menyatakan telah menemui Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu di Ambon pada 18 Juni 2012 untuk melaporkan dampak gempa, sekaligus memintakan perhatiannya.
Dia menyatakan, guncangan gempa tektonik dirasakan di Leinitu sejak awal Juni 2012 dan terasa kuat pada 16 Juni lalu.
Akibat guncangan pada 16 Juni 2012 tanah terbelah, tiga unit rumah warga mengalami retak-retak dan talud penahan ombak patah.
Dinas Sosial Maluku Tengah telah menyalurkan bantuan ke desa Leinitu berupa 1 ton beras, 10 karton supermie dan empat karton ikan kaleng pada 24 Juni 2012.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012
"Amblasan terjadi karena tekstur tanah berupa bebatuan koral sehingga bila terjadi gempa tektonik membentuk rongga-rongga," kata Salwan yang dikonfirmasi di sela peninjauan di desa Leinitu melalui telpon, Selasa.
Amblasan yang ditinjau di desa Leinitu dan Sila itu berdasarkan pengamatan mengakibatkan retak-retak yang melingkar.
"Jadi masyarakat jangan resah dengan amblasan tersebut karena itu tidak berdampak pada terjadinya patahan besar, gelombang pasang (tsunami) maupun munculnya gunung api baru sebagaimana diisukan akhir-akhir ini," tandasnya.
Disinggung penelitian amblasan tersebut, Salwan menjelaskan, tergantung perhatian Pemprov Maluku maupun Pemkab Maluku Tengah.
"Kami baru melakukan peninjauan saja sehingga dilihat secara kasat mata. Bila dilakukan penelitian, maka perlu peralatan antara lain geo radar sehingga bisa meneropong amblasan tersebut," katanya.
Kadis ESDM Maluku, Bram Tomasoa mengakui telah meninjau terjadinya amblasan di desa Leinitu berukuran 2 X 3 meter akibat gempa mengguncang pulau Nusalaut sejak 1 Juni 2012 pada 20 Juni lalu.
"Itu bukan patahan sebagaimana isu berkembang karena sebenarnya terjadi amblasan yang wajar dengan tekstur tanah di bawahnya yang batu karang. Dengan demikian terjadi pelarutan sehingga bila ada guncangan gempa tektonik, maka pasti terjadi amblasan," katanya.
Apalagi Provinsi Maluku merupakan pertemuan tiga lempeng besar yakni Pasifik, Indo Australia dan Eurasia.
Lempeng Indo-Australia masuk ke bawah Eurasia, bertemu dengan Lempeng Pasifik sehingga memungkinkan terjadi amblasan hingga patahan yang tidak beraturan.
Sebelumnya Kepala Desa Leinitu, Decky Tanasale menyatakan telah menemui Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu di Ambon pada 18 Juni 2012 untuk melaporkan dampak gempa, sekaligus memintakan perhatiannya.
Dia menyatakan, guncangan gempa tektonik dirasakan di Leinitu sejak awal Juni 2012 dan terasa kuat pada 16 Juni lalu.
Akibat guncangan pada 16 Juni 2012 tanah terbelah, tiga unit rumah warga mengalami retak-retak dan talud penahan ombak patah.
Dinas Sosial Maluku Tengah telah menyalurkan bantuan ke desa Leinitu berupa 1 ton beras, 10 karton supermie dan empat karton ikan kaleng pada 24 Juni 2012.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012