Ambon (Antara Maluku) - Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu diminta menyikapi gempa tektonik berkelanjutan di Pulau Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah, sejak awal Juni 2012 hingga sekarang karena meresahkan masyarakat.
Kepala Desa Leinitu Decky Tanasale di Ambon, Senin, mengatakan dirinya baru bertemu Gubernur Ralahalu dan meminta perhatiannya untuk menyikapi guncangan gempa tektonik yang terasa juga di Pulau Saparua, Haruku hingga Ambon.
"Kami merasakan gempa sejak 9 Juni dan guncangan besar pada 16 Juni yang mengakibatkan terjadi patahan tanah maupun talud pengaman pantai," ujarnya.
Sambil menunjukkan foto patahan tanah yang telah ditimbun, Tanasale mengakui diameter patahan itu 2,5 meter, panjang 5,5 meter dengan kedalaman mencapai 20 meter, yang menyebabkan sejumlah rumah retak.
"Saya berharap perhatian gubernur dan gubernur berjanji mengarahkan tim teknis untuk berkunjung ke Pulau Nusalaut, terutama Desa Leinitu," katanya.
Dia juga meminta perhatian gubernur untuk menyalurkan bantuan tanggap darurat kepada 108 kepala keluarga atau 325 jiwa penduduk karena ada isu terjadi gelombang pasang atau tsunami, patahan besar di Pulau Nusalaut dan munculnya gunung api baru.
"Jadi, gubernur telah mengarahkan Asisten I maupun II Setda Maluku yang menghadiri pertemuan tersebut untuk menindaklanjuti penyaluran bantuan tanggap darurat karena masyarakat Desa Leinitu yang berprofesi petani dan nelayan takut beraktivitas," ujarnya.
Tanasale menambahkan, dirinya juga telah menemui Kepala Stasiun Geofisika Ambon untuk melihat mekanisme kerja Seismograf, sekaligus catatan perkembangan guncangan gempa di Pulau Nusalaut dengan pusat sekitar 5,5 km arah selatan daerah tersebut.
"Saya setelah melihat Seismograf dan guncangan gempa, dan telah menyosialisasikan kepada warga Desa Leinitu maupun desa tetangga lainnya bahwa kemungkinan tidak terjadi tsunami maupun munculnya gunung api baru sebagaimana beredar di layanan pesan singkat (SMS) maupun BBM," ujarnya.
Kepala Dinas ESDM Maluku Bram Tomasoa membantah isu berkembang munculnya gunung api baru di laut perbatasan Pulau Nusalaut dan Saparua.
"Itu (SMS dan BBM) tidak bertanggung jawab, karena berdasarkan laporan BMGK maupun Stasiun Geofisika Ambon pusat gempa berada di kedalaman laut rendah (kurang dari 10 km)," ujarnya.
Catatan Seismograf di Stasiun Geofisika Ambon menunjukkan guncangan gempa di Pulau Nusalaut pada 1-16 Juni 2012 lebih dari 100 kali.
Pulau Nusalaut - Saparua - Haruku - Ambon merupakan daerah penajaman dari busur Banda dengan bukti adanya air panas di daerah tersebut.
"Apalagi di sana tidak ada zona patahan maupun patahan aktif sehingga secara geologis kemungkinan munculnya gunung api baru itu tidak mungkin. Karena itu masyarakat jangan terprovokasi isu-isu menyesatkan," kata Bram.
Dia bersama sejumlah pejabat dinas teknis dijadwalkan mengunjungi Pulau Nusalaut, terutama Desa Leinitu, untuk melihat dampak guncangan gempa yang meresahkan masyarakat, termasuk di Kota Ambon.
"Apalagi pada Minggu (17/6) malam terjadi dua kali guncangan gempa tektonik dengan kekuatan bervariasi 2,3 - 3,8 Skala Richter (SR)," katanya.
Gubernur Diminta Sikapi Gempa Tektonik di NusaLaut
Senin, 18 Juni 2012 14:44 WIB