Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (Gekrafs) Maluku bekerja sama dengan Yayasan Tagalaya menampilkan produk kerajinan masyarakat adat Maluku di daerah tertinggal, terdepan dan terluar pada Festival Maluku Manggurebe.
"Hasil karya dan kerajinan masyarakat tersebut ditampilkan pada kegiatan Maluku Manggurebe yang digagas Bank Indonesia perwakilan Maluku pada 29 September hingga 1 Oktober 2023 di Taman Pattimura kota Ambon," kata Ketua Gekrafs Maluku Amri Tuasikal di Ambon, Sabtu.
"Kami bekerja sama dengan Yayasan Tagalaya yang juga fokus dengan program pemberdayaan masyarakat termasuk masyarakat adat di daerah 3T , dengan menampilkan sejumlah produk ekraf unggulan," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya mendorong produk ekraf dari masyarakat di kaki gunung Binaya berupa Patrong dan Lopa- lopa atau tas yang dimodifikasi sehingga diterima masyarakat umum dengan tampilan kekinian.
Tas tersebut terbuat dari pelepah sagu pilihan yang dikerjakan oleh masyarakat adat untuk kebutuhan aktivitas keseharian.
Produk lain yang ditawarkan berupa sendal rumahan atau sendal hotel masyarakat adat Rohua dan minyak Lawang dari Negeri Peliana yang sudah memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI).
"Kita harapkan produk ini bisa berkembang untuk mendorong kesejahteraan masyarakat adat, " katanya.
Ia berharap, kehadiran Gekrafs dapat menjadi fasilitator untuk para pelaku ekraf di Maluku dapat naik kelas.
Gekraf merupakan sebuah gerbong penggerak Ekonomi Kreatif di Indonesia, yang terfokus pada pengembangan 17 sub sektor ekonomi kreatif sebagai pilar ekonomi di masa depan.
Gekraf merupakan gerakan masyarakat dan para pelaku ekonomi kreatif yang memiliki visi “Bersama” yakni Belajar, Bersinergi, Berdaya guna menjadikan ekonomi kreatif sebagai masa depan Indonesia.
Pengembangan ekonomi kreatif terbagi dalam 17 sub sektor yaitu kuliner, televisi dan radio, games & aplikasi, musik, fotografi, fashion, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, desain komunikasi visual, kriya, arsitektur, desain produk, desain interior, film-animasi, video, dan pengembang permainan.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2023
"Hasil karya dan kerajinan masyarakat tersebut ditampilkan pada kegiatan Maluku Manggurebe yang digagas Bank Indonesia perwakilan Maluku pada 29 September hingga 1 Oktober 2023 di Taman Pattimura kota Ambon," kata Ketua Gekrafs Maluku Amri Tuasikal di Ambon, Sabtu.
"Kami bekerja sama dengan Yayasan Tagalaya yang juga fokus dengan program pemberdayaan masyarakat termasuk masyarakat adat di daerah 3T , dengan menampilkan sejumlah produk ekraf unggulan," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya mendorong produk ekraf dari masyarakat di kaki gunung Binaya berupa Patrong dan Lopa- lopa atau tas yang dimodifikasi sehingga diterima masyarakat umum dengan tampilan kekinian.
Tas tersebut terbuat dari pelepah sagu pilihan yang dikerjakan oleh masyarakat adat untuk kebutuhan aktivitas keseharian.
Produk lain yang ditawarkan berupa sendal rumahan atau sendal hotel masyarakat adat Rohua dan minyak Lawang dari Negeri Peliana yang sudah memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI).
"Kita harapkan produk ini bisa berkembang untuk mendorong kesejahteraan masyarakat adat, " katanya.
Ia berharap, kehadiran Gekrafs dapat menjadi fasilitator untuk para pelaku ekraf di Maluku dapat naik kelas.
Gekraf merupakan sebuah gerbong penggerak Ekonomi Kreatif di Indonesia, yang terfokus pada pengembangan 17 sub sektor ekonomi kreatif sebagai pilar ekonomi di masa depan.
Gekraf merupakan gerakan masyarakat dan para pelaku ekonomi kreatif yang memiliki visi “Bersama” yakni Belajar, Bersinergi, Berdaya guna menjadikan ekonomi kreatif sebagai masa depan Indonesia.
Pengembangan ekonomi kreatif terbagi dalam 17 sub sektor yaitu kuliner, televisi dan radio, games & aplikasi, musik, fotografi, fashion, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, desain komunikasi visual, kriya, arsitektur, desain produk, desain interior, film-animasi, video, dan pengembang permainan.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2023