Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Maluku mengajak masyarakat daerah ini untuk menanam pohon untuk melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang terjadi.
“Tanamlah pohon itu walaupun besok akan kiamat. Kami harapkan masyarakat bisa meningkatkan kesadaran menjaga lingkungan dan jangan menebang pohon sembarangan,” kata Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Haikal Baadila, di Ambon, Selasa.
Haikal mengatakan bahwa menyikapi isu perubahan iklim yang saat ini tengah terjadi, utamanya di Maluku, pihaknya melakukan beragam upaya mitigasi dan adaptasi salah satunya dengan menyiapkan dokumen rencana subnasional folu net sink Provinsi Maluku 2030.
“Jadi beberapa sektor yang berperan yaitu kehutanan 60 persen, kemudian sisanya sektor pertanian, dan pemberantasan limbah yang berperan aktif dalam rangka mengurangi emisi atau zero emission pada 2060, tapi target jangka pendeknya adalah 2023," ujarnya lagi.
Rencana itu, kata dia, telah dijabarkan kepada seluruh provinsi di Indonesia untuk menyusun rancangan aksi subnasional.
"Untuk Provinsi Maluku sendiri kemarin sudah selesai disusun, dalam dokumen itu berisi upaya mitigasi dan adaptasi yang berkaitan dengan perubahan iklim itu sendiri," ujarnya pula.
Ia mengatakan bahwa diantara rencana aksi yang akan dilakukan di Provinsi Maluku sendiri, yaitu pengendalian kebakaran hutan dan lahan, rehabilitasi hutan, operasi pengamanan, pencegahan terjadinya illegal logging dan sebagainya.
"Itu pun sebenarnya telah dijabarkan dalam visi dan misi Gubernur Maluku dan RPJPD Maluku 2019-2024," kata dia.
Haikal mengatakan bahwa pada awal 2024 sendiri telah dilakukan dua kali aksi penanaman pohon serentak di Maluku yang melibatkan masyarakat ke dalam kegiatan tersebut.
"Kami mendata dimana lahan kosong atau lahan milik masyarakat yang perlu untuk dilakukan penanaman kembali," ujarnya pula.
Selain itu, ia mengaku pihaknya juga secara rutin memberikan bibit tanaman gratis kepada masyarakat. Tak tanggung-tanggung pada 2024 ini, pihaknya menyediakan sebanyak 18.000 bibit pohon untuk dibagikan secara gratis kepada masyarakat.
"Bibit-bibit itu terdiri dari pohon yang dapat menghasilkan kayu dan buah-buahan," katanya lagi.
Saat ini pihaknya juga tengah gencar membangun hutan rakyat untuk menumbuhkan dan meningkatkan budaya menanam pohon pada masyarakat di daerah itu.
"Membangun hutan rakyat itu sederhananya menanam di luar kawasan hutan. Jadi kalau reboisasi kan kita menanam kembali di kawasan hutan, namun untuk hutan rakyat sendiri kami galakkan penanaman pohon pada lahan milik masyarakat," kata dia menjelaskan.
Pembuatan hutan rakyat itu telah dilakukan pada 11 kabupaten dan kota di Provinsi Maluku.
Menurut Baadila, fungsi dari hutan rakyat selain menumbuhkan kecintaan menanam pohon pada masyarakat, juga sebagai penghasil kayu, buah-buahan, hingga rempah-rempah yang dikelola langsung oleh masyarakat.
"Secara teknik, hutan-hutan rakyat ini pada umumnya berbentuk wanatani, yakni campuran antara pohon-pohonan dengan jenis-jenis tanaman bukan pohon. Baik berupa wanatani sederhana, ataupun wanatani kompleks (agroforest) yang sangat mirip strukturnya dengan hutan alam," katanya pula.
Ia menambahkan bahwa hutan rakyat zaman sekarang telah banyak yang dikelola dengan orientasi komersial, untuk memenuhi kebutuhan pasar komoditas hasil hutan. Tidak seperti pada masa lampau, utamanya sebelum tahun 1980-an, dimana kebanyakan hutan rakyat berorientasi subsisten, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga petani sendiri.
"Kebun-kebun rakyat dalam rupa hutan ini menghasilkan aneka komoditas perdagangan dengan nilai yang beraneka ragam. Terutama hasil-hasil hutan bukan kayu (HHBK)," kata dia lagi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dishut Maluku mengajak masyarakat tanam pohon mitigasi perubahan iklim
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2024