Musik jazz yang menggambarkan teriak dan jerit kebebasan kaum budak disukai Inna Kamarie. Paham kebebasan itu pula yang membuat penyanyi ini bersyukur bisa tampil dan membuat album sendiri, setelah cukup lama bekerja di bawah manajemen kelompok vokal Dewi Dewi. Inna mengungkapkan perasaan hatinya di acara jumpa pers, sebelum menggelar konser peluncuran album debutnya sebagai solis di paggung Score! Citos, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. Tetap centil, suara serak-merdunya belum berganti apapun dan membuat banyak penonton seolah sedang menyaksikan Vina Panduwinata dan Pinkan Mambo sedang berkidung dalam satu tubuh dan satu suara, ketika ia tampil "pre-concert" membawakan beberapa tembang andalannya seperti Rindu Rindu Cintaku, Serasa Melayang, Aku Ingin Kamu, dan Hujan Gerimis-nya Benjamin Sueib (almarhum) yang populer di era 1970-an dalam irama jazz ringan. Kecuali Hujan Gerimis, delapan dari sembilan lagu dalam album Inna Kamarie diciptakan oleh si penyanyi. Ia juga menyebut hal itu salah satu bentuk kebebasan yang dimilikinya saat ini. Dulu, saat bersama Dewi Dewi, Inna memposisikan dirinya sebagai pekerja yang harus tunduk pada keinginan bos, si pemberi kerja. Tapi sekarang tidak lagi, karena seluruh pengerjaan album debutnya ia sendiri yang menggarap dan memproduksinya. Mengaku tetap cantik, banyak lagu karya Inna merupakan ungkapan rasa cintanya kepada suami, Beben, pendiri Komunitas Jazz Kemayoran tempat ia lama bergabung dan mengeksplorasi potensinya sebagai penyanyi. Tak heran, penggarapan album Inna Kamarie melibatkan 15 musisi dari komunitas tersebut. Mengapa harus jazz? Menurut Beben, Inna pada dasarnya memang penyanyi jazz dan telah tampil bersama KJK di berbagai pertunjukan termasuk JakJazz dan Java Jazz. Meski demikian, album Inna Kamarie sesungguhnya sarat dengan unsur pop bahkan juga dibumbui reggae dan dance, khususnya pada nomor Aku Ingin Kamu yang menggambarkan kerinduannya kepada suami yang tak pulang-pulang dan Dancing Dancing yang ceria. Dalam Serasa Melayang, Inna bertutur tentang kala pertama Beben menembaknya (menyatakan cinta kepadanya), ketika ia sedang berdiri di sisi pagar jembatan yang tinggi dan memandang kerlap-kerlip lampu di sejauh mana matanya memandang ke bawah. Tidak berbeda jauh dari penyanyi lain di Tanah Air, Inna Kamarie pun menawarkan lagu pop yang pasarnya lebih luas dibandingkan lagu-lagu lainnya. Satu hal pasti, setelah Vina Panduwinata tak lagi banyak berbicara di pentas musik nasional, Inna Kamarie mungkin bisa diposisikan sebagai salah seorang pengganti si pelantun Burung Camar dan Kumpul Bocah di era sekarang. Namun, seperti kata Beben, lambat atau cepat isteri tercintanya itu harus segera menemukan jati diri sendiri agar tidak terus terperangkap dalam sebutan "yang kedua".

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2010