Ambon (Antara Maluku) - Anggota DPR-RI daerah pemilihan Maluku Alex Litaay didampingi dua anak dan kerabatnya, Rabu membantu para pengungsi korban banjir besar Kota Ambon yang terjadi pada 30 Juli 2013.
Mereka, mengunjungi sejumlah lokasi pengungsian, di antaranya warga Batu Gajah yang menempati gedung serbaguna PLN di Batu Gajah, Pengungsi Passo di kantor Camat Passo, serta warga di kawasan Kadewatan, Tanah Tinggi dan Gereja Silo.
Sejumlah bantuan yang diberikan Alex yakni air kemasan, mi instan, biskuit serta tikar untuk alas tidur warga.
"Bantuan ini tidak seberapa jumlahnya, tetapi diharapkan dapat meringankan beban warga yang tertimpa bencana banjir pada 30 Juli," ujar Alex.
Banjir yang kembali melanda Kota Ambon, dinilai Alex paling dahsyat dibanding peristiwa yang sama pada 1 Agustus 2013. "Bahkan banjir yang melanda Ambon 30 Juli menurut penilaian sejumlah kalangan merupakan yang paling dahsyat sepanjang 30 tahun terakhir," katanya.
Alex juga berdialog dengan para pengungsi guna mengecek kebutuhan mereka yang perlu segera ditangani, maupun masalah yang mungkin dilakukan untuk menangani banjir kembali terulang.
Dia mengaku berbagai masukan yang diperoleh akan dijadikan acuan pihak-pihak lain yang ingin mengulurkan tangan membantu para pengungsi.
"Banyak masukan yang saya peroleh setelah berdialog dengan para pengungsi, terutama menyangkut penanganan pascabanjir. Berbagai saran dan masukan ini akan saya sampaikan ke Pemerintah Kota Ambon maupun provinsi," ujar Alex.
Alex yang juga meninjau kondisi bantaran sungai Waitomu di kawasan Tanah Tinggi dan Kadewatan yang mengalami keretakan dan jebol sejak tahun lalu, tetapi belum ditangani dengan baik, sehingga akhirnya jebol dan hancur saat banjir 30 Juli lalu.
"Banyak tembok penahan pada bantaran sungai yang jebol akibat banjir 1 Agustus 2012, penanganannya hanya `tambal-sulam` sehingga kembali hancur dihantam banjir 30 Juli. Seharusnya kerusakan ini sudah ditangani Pemkot Ambon secara permanen, termasuk memperhitungkan kualitasnya, sehingga tidak mudah rusak," katanya.
Banjir dahsyat tersebut mengakibatkan 11 orang meninggal tertimbun longsor maupun hanyut terbawa air sungai, dan belasan lainnya luka ringan maupun berat.
Banjir juga mengakibatkan 2.007 kepala keluarga (KK) atau 8.872 jiwa mengungsi di puluhan tempat penampungan sementara.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2013
Mereka, mengunjungi sejumlah lokasi pengungsian, di antaranya warga Batu Gajah yang menempati gedung serbaguna PLN di Batu Gajah, Pengungsi Passo di kantor Camat Passo, serta warga di kawasan Kadewatan, Tanah Tinggi dan Gereja Silo.
Sejumlah bantuan yang diberikan Alex yakni air kemasan, mi instan, biskuit serta tikar untuk alas tidur warga.
"Bantuan ini tidak seberapa jumlahnya, tetapi diharapkan dapat meringankan beban warga yang tertimpa bencana banjir pada 30 Juli," ujar Alex.
Banjir yang kembali melanda Kota Ambon, dinilai Alex paling dahsyat dibanding peristiwa yang sama pada 1 Agustus 2013. "Bahkan banjir yang melanda Ambon 30 Juli menurut penilaian sejumlah kalangan merupakan yang paling dahsyat sepanjang 30 tahun terakhir," katanya.
Alex juga berdialog dengan para pengungsi guna mengecek kebutuhan mereka yang perlu segera ditangani, maupun masalah yang mungkin dilakukan untuk menangani banjir kembali terulang.
Dia mengaku berbagai masukan yang diperoleh akan dijadikan acuan pihak-pihak lain yang ingin mengulurkan tangan membantu para pengungsi.
"Banyak masukan yang saya peroleh setelah berdialog dengan para pengungsi, terutama menyangkut penanganan pascabanjir. Berbagai saran dan masukan ini akan saya sampaikan ke Pemerintah Kota Ambon maupun provinsi," ujar Alex.
Alex yang juga meninjau kondisi bantaran sungai Waitomu di kawasan Tanah Tinggi dan Kadewatan yang mengalami keretakan dan jebol sejak tahun lalu, tetapi belum ditangani dengan baik, sehingga akhirnya jebol dan hancur saat banjir 30 Juli lalu.
"Banyak tembok penahan pada bantaran sungai yang jebol akibat banjir 1 Agustus 2012, penanganannya hanya `tambal-sulam` sehingga kembali hancur dihantam banjir 30 Juli. Seharusnya kerusakan ini sudah ditangani Pemkot Ambon secara permanen, termasuk memperhitungkan kualitasnya, sehingga tidak mudah rusak," katanya.
Banjir dahsyat tersebut mengakibatkan 11 orang meninggal tertimbun longsor maupun hanyut terbawa air sungai, dan belasan lainnya luka ringan maupun berat.
Banjir juga mengakibatkan 2.007 kepala keluarga (KK) atau 8.872 jiwa mengungsi di puluhan tempat penampungan sementara.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2013