Ambon (Antara Maluku) - Ketua Umum Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Pendeta DR. A. A. Yewangoe menegaskan Gereja Protestan Maluku (GPM) harus memainkan peranan penting dan bertanggung jawab dalam mewujudkan perdamaian yang hakiki di Maluku dan tanah air.

"Kiprah GPM sejak sahulu sangat besar, termasuk menjadi salah satu pencetus berdirinya PGI pada tahun 1950 yang saat itu masih bernama Dewan Gereja Indonesia (DGI)," kata Yewangoe pada syukuran Hari Ulang Tahun ke-78 Sinode Gereja Protestan Maluku, di Ambon, Minggu.

Dia mengatakan, GPM harus memainkan peranan pentingnya sebagai gereja terkemuka di tanah air terutama untuk mewartakan kabar perdamaian bagi semua umat dan masyarakat.

Dia mencontohkan perdamaian hakiki antarumat beragama yang dilandasi semangat persatuan dan persaudaraan di Maluku pascakonflik juga merupakan salah satu bukti besarnya kiprah GPM.

"Perdamaian yang tercipta di Maluku hingga saat ini merupakan salah satu bukti kerja keras GPM bersama umat beragama lainnya untuk mewartakan dan mewujudkannya. Keharmonisan yang terjalin harus terus dipelihara dan ditingkatkan," katanya.

Perdamaian di Maluku, menurut dia, bisa menjadi simbol dan contoh bagi daerah lainnya di tanah air, termasuk di dunia. Karena itu GPM diminta untuk terus mengkampanyekan perdamaian dalam berbagai medan gumul pelayanannya.

"Jika Maluku terguncang karena konflik bernuansa agama, maka Indonesia juga akan terguncang. Disini (Maluku) harmonisasi kehidupan umat beragama yang plural dan sarat persaudaraan dapat dilihat dan dirasakan. Ini bukti otentik yang harus terus dipelihara," katanya.

Dia juga memadang pranata sosial peninggalan leluhur di Maluku, masih mengakar kuat dan dipegang teguh masyarakat, di mana kearifan lokal tersebut perlu terus ditumbuh kembangkan kepada generasi mendatang.

Berdasarkan berbagai hal tersebut, Yewangoe merasa yakin perdamaian dan persaudaraan yang saat ini dirasakan masyarakat telah berjalan pada jalur yang benar.

"Perdamaian dan persaudaraan antarumar beragama di Maluku harus disegel dalam bingkai kultural dan adat istiadat yang berlaku di tengah-tengah masyarakat sehingga tidak mudah diadu domba, di samping dikembangkan dan ditingkatkan agar tidak hanya menjadi milik masyarakat Maluku tetapi milik seluruh masyarakat Indonesia," katanya.

Yewangoe juga berharap pimpinan Maluku yang akan terpilih menggantikan Karel Albert Ralahalu - Said Assagaff sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur, harus mampu melanjutkan dan memperkuat landasan kerukunan dan keharmonisan hidup antarumat beragama di Maluku.

"Jalinan keharmonisan hidup orang basudara (bersaudara) di Maluku menjadi salah satu syarat mutlak kemajuan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di daerah ini," katanya.

Syukuran HUT ke-78 GPM yang jatuh pada tanggal 6 September 2013, dirangkai dengan peresmian renovasi Gereja Maranatha yang telah berusia 61 tahun oleh Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu sekaligus menandai berakhirnya masa kepemimpinan Ralahalu bersama Wakil Gubernur Said Assagaff.

Pewarta: James F. Ayal

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2013