Ambon (Antara Maluku)- Makanan pokok khas Maluku seperti sagu, bagea, sarut dan sagu tumbu masih diminati oleh masyarakat.

"Saya mulai berjualan berbagai jenis makanan olahan sagu serta jenis lainnya yang merupakan ciri khas Maluku sejak 2012, dan hasilnya lumayan menguntungkan," kata Inesta (57), seorang pedagang makanan khas Maluku di pasar tradisional Mardika, Kota Ambon, Selasa.

Makanan yang dijual Inesta antara lain sagu lempeng, sarut, bagea, sagu tumbu, cakar-cakar, dodol, halua, roti kering dan kenari.

Ia mengaku bisa memperoleh pendapatan Rp3 juta - Rp4,5 juta per bulan, terutama saat musim liburan.

"Kalau pas hari raya keagamaan banyak yang datang membeli, selain masyarakat biasa juga wisatawan yang ingin membawa pulang ole-ole makanan khas daerah ini," katanya.

Inesta mengaku mendapatkan dagangannya itu dari dalam maupun luar Kota Ambon.

"Sagu kering, sarut, bagea, sagu tumbu, roti kering saya ambil dari Saparua (Maluku Tengah), dodol dari Pulau Seram, kenari dari daerah Batumerah (Ambon)," katanya.

Harga yang dipatok untuk setiap produk beragam sesuai besar kecilnya ukuran, untuk sagu lempeng Rp10.000 per plastik, sarut Rp 5.000 per bungkus, bagea Rp12.500 per bungkus, sagu tumbu Rp10.000 per bungkus, dodol Rp50.000 per bungkus, halua Rp10.000 per bungkus, roti kering Rp10.000 per bungkus, kenari Rp60.000 per kilogram.

Di kiosnya, Inesta juga menawarkan minyak kayu putih dan minyak lawang untuk menambah jenis dagangan.

"Cukup banyak yang membeli dan lumayan meningkatkan pendapatan," katanya.

Minyak kayu putih dipatok seharga Rp70.000 per botol untuk ukuran besar dan yang kecil Rp35.000, sedangkan minyak lawang Rp65.000 per botol.

Selain itu, ada juga kacang khas Maluku Tenggara yang dijual seharga Rp60.000 per botol, dan madu Kisar Rp40.000 per botol.

Pewarta: Rachel Munster

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014