Ambon (Antara Maluku) - Gubernur Maluku Said Assagaff meminta Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Wilayah Maluku terus menggali dan mengembangkan tradisi berteologi yang kontekstual.

"Mengembangkan tradisi berteologia yang kontekstual, kritis, realistis, kreatif, serta positif yang bermanfaat, bukan hanya bagi umat kristiani tetapi seluruh rakyat di Maluku," katanya pada pembukaan Temu Raya Pendeta se-PGI Wilayah Maluku di Ambon, Selasa (26/8).

Menurut dia, temu raya bagi kebersamaan gereja, sesungguhnya adalah karunia Tuhan yang masih tetap memilih, memanggil, mengutus, dan menyertai PGI Wilayah Maluku dalam pergumulannya di tengah dunia.

"Tema remu raya ini, yakni `Menjadi Gereja, Menghadirkan Terang untuk Kebaikan, Keadilan, dan Kebenaran di Maluku`, artinya terbangunnya semangat oikumene di kalangan hamba-hamba Tuhan dalam membangun jejaring denominasi gereja, demi terpeliharanya lingkungan ciptaan-Nya," katanya.

Dia mengatakan PGI Wilayah Maluku dalam semangat oikumene menjadi faktor pemersatu keanekaragaman di antara 13 gereja yang sudah 47 tahun berkarya.

"Saya percaya tingkat kematangan PGI Wilayah Maluku sudah sangat tinggi yang telah melintasi tahapan-tahapan penginjil dalam ketabahan dan kersamaan yang kuat," ujar Said.

Ia mengatakan seluruh tantangan penginjilan menjadi sumber pembelajaran iman.

"Seluruh tantangan penginjilan yang telah dilewati itu menjadi sumber pembelajaran iman untuk meneguhkan eksistensi dan identitas PGI Wilayah Maluku dalam seluruh proses historis dan kultural," katanya.

PGI Wilayah Maluku, katanya, harus menggali dan mengembangkan tradisi berteologi yang kontekstual, kritis, realistis, kreatif, dan positif, yang bermanfaat bukan hanya bagi umat kristiani, tetapi seluruh masyarakat di Maluku.

Ia mengatakan hal yang menjadi perhatian bersama dalam acara penting itu, adalah menjadikan hidup sebagai pujian syukur bagi Tuhan dalam semangat oikumene.

"Ini bukan hal yang mudah, tetapi jika dilakukan dalam kerendahan hati, maka persatuan dan persaudaraan antarumat serta para pelayan dari denominasi gereja bisa terwujud," katanya.

Ia menyatakan optimistis bahwa PGI Wilayah Maluku akan efektif memperkenalkan kembali falsafah kultural tentang nilai persaudaraan.

"Saya juga melihat akhir-akhir ini adanya degradasi nilai `orang bersaudara` tetapi saya percaya bahwa PGI Wilayah Maluku akan efektif mengintroduksi kembali falsafah kultural kita guna membingkai kembali hidup bersama itu," ujarnya.

Oleh karena itu, Gubernur Said meminta agar proses membangun budaya saling percaya dalam relasi pemerintah dan rakyat serta lembaga-lembaga keagamaan lainnya harus lebih sungguh-sungguh lagi.

"Kita harus menata pelayanan bersama untuk menjawab masalah-masalah aktual yang berkaitan langsung dengan kemaslahatan hidup orang banyak," ujarnya.

Ia mengakui bahwa masyarakat Maluku masih hidup dalam kemiskinan sehingga hal itu menjadi tantangan untuk mengubah paradigma pembangunan nasional yang diselaraskan dengan konteks kewilayahan.

"Pemerintah daerah sedang gigih memperjuangkan pemberlakuan undang-undang provinsi kepulauan dan saya percaya dalam Rencana Pembangunan Daerah Maluku (RPDM) 2014-2019 adalah interupsi terhadap paradigma kontinental. Doakan kami agar perjuangan ini Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati," katanya.

Ia mengatakan membangun Maluku merupakan tanggung jawab semua pihak, untuk terwujudnya Maluku yang rukun, religius, damai, sejahtera, aman, berkualitas, dan demokratis, dijiwai semangat "Siwalima" berbasis kepulauan secara berkelanjutan.

Pewarta: Finus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014