Ambon (Antara Maluku) - Pengelolaan sumber daya (SDA) harus tepat guna dan bermanfaat bagi kelestarian lingkungan, bukan menghancurkannya karena akibatnya akan ditanggung oleh banyak orang, kata pegiat lingkungan hidup Dominggus Ledrick Sinanu, di Ambon, Rabu.

"Ini bukan hanya untuk kita tetapi juga untuk generasi setelah kita, sebelum menebang satu pohon, tanamlah dulu satu pohon sebagai penggantinya, karena bumi adalah milik anak-cucu kita," katanya.

Penerima penghargaan kalpataru pada 1981 atas upayanya menyelamatkan pesisir pantai dengan menanam ribuan pohon bakau itu mengatakan, pengelolaan SDA yang tepat guna adalah tidak hanya memanfaatkan hasil alam yang sudah disediakan Tuhan, melainkan juga menjaganya agar terus lestari sehingga pada kemudian hari tetap bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya.

Hal inilah yang menurut Dominggus belum dipahami dengan benar oleh kebanyakan masyarakat, sebab pengerusakan alam masih terus terjadi.

"Kita jangan bertindak egois kepada alam karena akan ada akibatnya jika kita merusak alam, dan bukan hanya kita yang akan menanggungnya, jangan hanya karena kepentingan ekonomi dan mata pencaharian, kita jadi sembarangan bertindak," katanya.

Lebih lanjut pria 60 tahun itu mengatakan, pekerjaannya sebagai nelayan yang selama ini memotivasinya untuk terus membudidayakan bakau dan menanamnya di sepanjang pesisir pantai Desa Lateri, Kecamatan Baguala yang merupakan kawasan tempat tinggalnya sejak tahun 1977.

Tak dinyana, upayanya untuk membuat hutan bakau tak hanya membantunya mendapatkan banyak ikan, tetapi juga membantu menyelamatkan daerah pesisir pantai dari abrasi.

"Saya hanya bersekolah hingga kelas tiga Sekolah Rakyat (SR), saya tidak pernah terpikirkan untuk menanam bakau hingga sebanyak ini, awalnya saya berpikir saya bisa menangkap lebih banyak ikan jika ada hutan bakau di pesisir pantai, dengan begitu akan ada lebih banyak ikan yang terperangkap di pesisir," katanya.

Dominggus Ledrick Sinanu adalah pegiat lingkungan hidup yang mendapatkan penghargaan Kalpataru pada 1981 atas upayanya melestarikan pesisir pantai sejak tahun 1977. Karena pengabdiannya itu, pemerintah juga menganugerahkan piagam kehormatan Satyalencana Pembangunan pada 1995.

Di usianya yang sudah 60 tahun, kakek yang memiliki empat orang anak dan 10 orang cucu itu masih tetap aktif membudidayakan dan menanam bakau tidak hanya di kawasan tempat tinggalnya, tetapi juga di daerah sekitarnya.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014