Ambon (Antara Maluku) - Tim arkeolog gabungan dari Balai Arkeologi Ambon, Pusat Arkeologi Nasional, dan Universitas Washington, Amerika Serikat, akan meneliti karakteristik hunian pada masa neolitik dan praneolitik di Kabupaten Seram Bagian Timur, pada pertengahan Mei 2015.

"Neolitik adalah masa adanya perkembangan teknologi dari batu ke tembikar. Pada zaman ini manusia mulai bercocok tanam dan beternak," kata Arkeolog Marlon Ririmasse dari Balai Arkeologi Ambon, Jumat.

Dalam kerja sama penelitian itu, kata Marlon Ririmasse, pihaknya berencana melihat karakteristiknya di Seram Timur seperti apa.

Ia menjelaskan baha penelitian tersebut akan menggali lebih banyak potensi kepurbakalaan dan jejak hunian manusia pada masa neolitik dan praneolitik (fase terakhir zaman batu) yang berusia 3.000 tahun dan sebelum 3.000 tahun lalu di Pulau Geser dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Hal itu dilakukan, kata dia, untuk mencari bukti hunian manusia neolitik yang paling awal di sana, juga mobilitas dan bentuk-bentuk aktivitas dalam aspek konektivitas antarpulau pada masa tersebut.

Selain mengeksplorasi potensi arkeologis tinggalan budaya neolitik, kata Marlon, tim arkeolog gabungan dari Balai Arkeologi Ambon, Pusat Arkeologi Nasional, dan Universitas Washington juga akan melakukan studi lingkungan dan iklim purba di kawasan Seram Bagian Timur.

"Kami belum akan melakukan ekskavasi sekarang karena rencananya tahapannya sekitar empat tahun. Pertama, masih survei kepulauan terlebih dahulu untuk melihat titik-titik yang paling potensial di sebelah mana setelah itu, selanjutnya baru penggalian," katanya.

Sebelumnya, kata dia, Balai Arkeologi Ambon pernah melakukan penelitian di sepanjang pesisir bagian utara Kabupaten Seram Bagian Timur, termasuk daerah aliran sungai pada tahun 2012 dan 2013. Mereka menemukan alat batu yang merupakan tinggalan budaya zaman batu.

"Alat batu yang ditemukan itu adalah temuan permukaan, bukan melalui ekskavasi. Di Pulau Gorom juga ada nekara (gendang perunggu) Dong Son tipe Heger I dengan kisaran waktu 2.500 tahun lalu," katanya.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015