Ternate, 24/8 (Antara Maluku) - Dinas Pertanian (Distan) Maluku Utara mengimbau para petani kelapa di daerah ini untuk mengubah cara memproduksi kopra karena yang dihasilkan selama ini kurang berkualitas.
"Para petani kelapa di Maluku Utara selama ini memproduksi kopra dengan cara mengasap sehingga produksinya berwarna coklat kehitaman,makanya harganya di pasaran murah karena dinilai kurang berkualitas," kata Kepala Distan Maluku Utara, Musdalifa Ilyas di Ternate, Senin.
Kopra yang diproduksi melalui pengasapan saat ini hanya dihargai Rp4.000-an/Kg. Bahkan, di sejumlah sentra pengembangan kelapa di Maluku Utara harganya hanya Rp3.000-an/Kg.
"Kondisi harga tersebut merugikan petani karena tidak bisa menutupi biaya produksi," ujar Musdalifa .
Ia mengatakan, petani seharusnya memproduksi kopra melalui proses penjemuran. Kopra yang diproduksi dengan cara seperti ini berwana putih dan harganya cukup mahal, yakni bisa mencapai Rp8.000 lebih/Kg.
Para pengusaha di Maluku Utara membutuhkan kopra produksi penjemuran untuk di ekspor ke Filipina. Peluang bernilai ekonomis ini seharusnya dimanfaatkan oleh para petani kelapa di Maluku Utara untuk meraup pendapatan lebih besar dan sekaligus memberikan konstribusi bagi devisa negara melalui ekspor.atkan harga jual kopra yang tinggi.
Musdalifa mengemukakan, Distan Maluku Uytara saat ini juga membina para petani kelapa untuk melakukan diversifikasi usaha pengelolaan kepala yang sebenarnya bernilai ekonomis.
Dia merujuk, potensi sabut maupun tempurung kelapa yang prospek pangsa pasarnya menjanjikan.
"Kami siap mendukung pengembangannya dengan memberikan modal usaha maupun peralatan kepada petani di Maluku Utara yang berminat mengelola peluang usaha menggembirakan tersebut," kata Musdalifa Ilyas.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015
"Para petani kelapa di Maluku Utara selama ini memproduksi kopra dengan cara mengasap sehingga produksinya berwarna coklat kehitaman,makanya harganya di pasaran murah karena dinilai kurang berkualitas," kata Kepala Distan Maluku Utara, Musdalifa Ilyas di Ternate, Senin.
Kopra yang diproduksi melalui pengasapan saat ini hanya dihargai Rp4.000-an/Kg. Bahkan, di sejumlah sentra pengembangan kelapa di Maluku Utara harganya hanya Rp3.000-an/Kg.
"Kondisi harga tersebut merugikan petani karena tidak bisa menutupi biaya produksi," ujar Musdalifa .
Ia mengatakan, petani seharusnya memproduksi kopra melalui proses penjemuran. Kopra yang diproduksi dengan cara seperti ini berwana putih dan harganya cukup mahal, yakni bisa mencapai Rp8.000 lebih/Kg.
Para pengusaha di Maluku Utara membutuhkan kopra produksi penjemuran untuk di ekspor ke Filipina. Peluang bernilai ekonomis ini seharusnya dimanfaatkan oleh para petani kelapa di Maluku Utara untuk meraup pendapatan lebih besar dan sekaligus memberikan konstribusi bagi devisa negara melalui ekspor.atkan harga jual kopra yang tinggi.
Musdalifa mengemukakan, Distan Maluku Uytara saat ini juga membina para petani kelapa untuk melakukan diversifikasi usaha pengelolaan kepala yang sebenarnya bernilai ekonomis.
Dia merujuk, potensi sabut maupun tempurung kelapa yang prospek pangsa pasarnya menjanjikan.
"Kami siap mendukung pengembangannya dengan memberikan modal usaha maupun peralatan kepada petani di Maluku Utara yang berminat mengelola peluang usaha menggembirakan tersebut," kata Musdalifa Ilyas.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015