Sedikitnya 10 desa di Kecamatan Waepo, Kabupaten Pulau Buru, terendam banjir akibat meluapnya sungai Waeapo dan Waelatta. Ketua Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buru, Hadi Zulkarnaen, yang dikonfirmasi ANTARA melalui telepon seluler dari Ambon, Kamis, membenarkan hujan yang mengguyur Pulau Buru selama tiga hari terakhir mengakibatkan ribuan warga yang bermukim di 10 desa, terpaksa harus mengungsikan diri. 10 desa yang terendam banjir dengan ketinggian air antara 50 centimeter hingga 1,5 meter itu yakni Desa Flamboyan, Waenetat, Waeleo, Mako, Savana Jaya, Grandengan, Dewobae, Waekasar, Aer mandidih dan Wanrai. "1.000-an rumah warga di sepuluh desa di Kecamatan Waeapo terendam banjir karena ais sungai Waeapo dan Waelata yang melewati desa-desa tersebut meluap," ujarnya. Dia mengatakan, banjir yang setiap tahun selalu terjadi ini, menyebabkan aktivitas masyarakat di kecamatan Waiapo yang umumnya menjadi petani lumpuh total. "Warga di kecamatan Waepo berprofesi sebagai petani sawah. Mereka tidak bisa bekerja karena ribuan hektar sawahnya terendam banjir," katanya. Banjir juga merendam beberapa fasilitas umum antara lain kantor Kecamatan Waeapo, kantor Koramil, puskesmas serta sejumlah sekolah. "Sejumlah sekolah ikut terendam sehinga aktivitas pendidikan tidak dapat berlangsung dan siswa terpaksa diliburkan, termasuk aktivitas Pemerintahan," tandasnya. Warga setempat terpaksa menggunakan rakit untuk berpindah ke tempat lain yang dianggap aman, mengingat genangan air mencapai ketinggian 1,5 meter. Tingginya curah hujan di pulau Buru juga mengakibatkan tanggul penahan air di Desa Waeleman sepanjang 120 meter roboh dan terbawa arus, sejumlah ruas jalan termasuk yang menghubungkan Kecamatan Waeapo ke Namlea, Ibu kota Kabupaten Buru maupun ke ke Namrole, Buru Selatan terputus. "Sedikitnya ada lima titik ruas jalan yang putus akibat hujan dan banjir termasuk jalan utama Mako-Namrole dan Granding-Kayeli," kata Zulkarnaen. Banjir juga merusak ribuan hektar sawah yang baru ditanam sehingga merugikan petani setempat. "Diperkirakan para petani akan mengalami gagal panen karena ribuan hektare padi baru di tanaman beberapa minggu lalu, sehingga diperkirakan tanamannya akan mati," katanya. Luas areal sawah di pulau Buru mencapai 5.994 ha dengan kapasitas produksi rata-rata per tahun 29.000 ton gabah kering giling. Guna membantu warga tertimpa bencana alam itu, Pemkab Buru telah melakukan sejumlah langkah tanggap darurat diantaranya membangun dapur umum dan menyalurkan bantuan berupa bahan kebutuhan pokok untuk masyarakat di 10 desa di Kecamatan Waeapo yang terkena musibah banjir. "Bantuan yang disalurkan berupa beras, mi instan, gula pasir, ikan kaleng dan berbagai kebutuhan sehari-hari lainnya, termasuk selimut dan susu untuk anak-anak," katanya. Bantuan tanggap darurat itu sesuai ketentuan diberikan selama dua minggu, dan setelah itu dievaluasi, di mana jika dirasa masih diperlukan maka akan disalurkan bantuan susulan. Dia menambakan, ribuan warga yang rumahnya terendam banjir untuk sementara waktu mengungsi ke lokasi-lokasi yang dianggap lebih aman, dan membangun tenda darurat untuk penampungan sementara.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2010