Ambon, 16/11 (Antara Maluku) - Penentuan indeks kebahagiaan penduduk suatu daerah oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sebenarnya tidak berkaitan erat dengan masalah kemiskinan.
"Indeks kebahagiaan itu menyangkut persoalan persepsi seseorang tentang kondisi kehidupan yang dihadapi setiap hari," kata Kabag Tata Usaha BPS Maluku, Charli Andila, di Ambon, Senin.
Ketika tim survei dari BPS mendatangi responden dan melakukan wawancara, maka yang ditanyakan bukanlah berapa besar pendapatan mereka setiap bulan, tetapi persepsi tentang hidup bahagia.
"Meski pendapatan mereka rendah atau ada pinjaman yang belum dilunasi, tetapi tidak memiliki beban pikiran sehingga mereka tetap hidup bahagia, maka kondisi seperti inilah yang membuat indeks kebahagian Maluku masuk rangking dua tertinggi nasional," ujarnya.
Persyaratan menentukan tinggi rendahnya indeks kebahagiaan ini berbeda dengan penentuan tingkat kemiskinan penduduk Maluku yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Menurut dia, kriteria peneduduk miskin itu terdiri dari beberapa faktor, diantaranya pendapatan yang rendah, sehari hanya makan dua kali, rumahnya berlantai tanah dan dindingnya bukan terbuat dari beton.
Sedangkan survei indeks kebahagiaan penduduk justru tidak ada kaitannya dengan berbagai kriteria seperti itu.
Makanya orang menjadi bingung dengan status Maluku yang masuk peringkat empat terbawah provinsi termiskin di Indonesia, tetapi indeks kebahagiaannya tertinggi kedua nasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015
"Indeks kebahagiaan itu menyangkut persoalan persepsi seseorang tentang kondisi kehidupan yang dihadapi setiap hari," kata Kabag Tata Usaha BPS Maluku, Charli Andila, di Ambon, Senin.
Ketika tim survei dari BPS mendatangi responden dan melakukan wawancara, maka yang ditanyakan bukanlah berapa besar pendapatan mereka setiap bulan, tetapi persepsi tentang hidup bahagia.
"Meski pendapatan mereka rendah atau ada pinjaman yang belum dilunasi, tetapi tidak memiliki beban pikiran sehingga mereka tetap hidup bahagia, maka kondisi seperti inilah yang membuat indeks kebahagian Maluku masuk rangking dua tertinggi nasional," ujarnya.
Persyaratan menentukan tinggi rendahnya indeks kebahagiaan ini berbeda dengan penentuan tingkat kemiskinan penduduk Maluku yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Menurut dia, kriteria peneduduk miskin itu terdiri dari beberapa faktor, diantaranya pendapatan yang rendah, sehari hanya makan dua kali, rumahnya berlantai tanah dan dindingnya bukan terbuat dari beton.
Sedangkan survei indeks kebahagiaan penduduk justru tidak ada kaitannya dengan berbagai kriteria seperti itu.
Makanya orang menjadi bingung dengan status Maluku yang masuk peringkat empat terbawah provinsi termiskin di Indonesia, tetapi indeks kebahagiaannya tertinggi kedua nasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015