Ambon, 18/11 (Antara Maluku) - Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon melakukan koordinasi peringatan ancaman badai la nina yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia dari pemerintah pusat.

"Kami telah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Maluku terkait peringatan badai la nina, dan dalam waktu dekat akan rapat koordinasi untuk membahas langkah antisipasi bencana tersebut," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Ambon, Enrico Matitaputty, Selasa.

Ia mengatakan, pihaknya sejak 2014 - 2015 fokus pada pencegahan dan kesiapsiagaan warga menghadapi bencana.

"Bukan berarti kami tidak mempersiapkan logistik atau rehabilitasi dan rekonstruksi paska bencana. Semuanya dipersiapkan tetapi fokus utama adalah bagaimana masyarakat tanggap jika terjadi bencana," ujar Enrico.

Pihaknya juga telah membuat peta blok penanggulangan bencana alam. Sejumlah kawasan di Ambon telah dipetakan yang rawan bencana banjir, longsor maupun ancaman tsunami.

"Kita semua tentu tidak menginginkan terjadinya bencana, tetapi ancaman itu tidak bisa diprediksi sehingga langkah antisipasi perlu dilakukan sejak dini," katanya.

Pihaknya juga akan melakukan sosialisasi peringatan dini bencana bagi RT dan RW di lokasi rawan bencana alam di lima kecamatan di Ambon.

Sosialisasi peringatan dini bencana akan melibatkan seluruh RT/ RW dan difokuskan pada daerah yang rawan bencana alam seperti Kelurahan Batu Gajah, Batu Gantung, negeri Batu Merah dan sejumlah desa di kecamatan Leitimur Selatan.

Dijelaskannya, penguatan kapasitas telah dilakukan sejak November 2014 yakni pelatihan relawan desa fasilitasi dan pengembangan pemberdayaan masyarakat menuju desa dan kelurahan tangguh bencana.

Pelatihan relawan tangguh bencana dilakukan bagi 60 relawan dua desa di Ambon yakni Nusaniwe dan Kilang.

"Pelatihan dilakukan untuk membina dan mengembangkan relawan dalam melibatkan diri pada kegiatan penanggulangan bencana dan menjadi pionir yang tidak bergantung pada bantuan pemerintah," katanya.

Enrico mengemukakan, menghadapi bencana alam, masyarakat tidak boleh pasif yakni bukan hanya sebagai orang yang tidak berbuat apa-apa, tetapi diharapkan mempunyai cara untuk menyampaikan informasi jika terjadi bencana.

"Karena itu koordinasi serta kegiatan prabencana memiliki makna penting dan strategis, karena sangat menentukan kemampuan dalam menghadapi bencana dan paska bencana," ujarnya.

Fenomena la Nina ditandai dengan menurunnya Suhu Permukaan Laut (SPL) sehingga disebut sebagai fase dingin. Karena sifatnya yang dingin ini, kedatangannya juga dapat menimbulkan petaka di berbagai kawasan khatulistiwa, termasuk Indonesia.

Curah hujan berlebihan yang menyertai kedatangan la nina dapat menimbulkan banjir dan tanah longsor di berbagai wilayah di Indonesia.

Pewarta: Penina Mayaut

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015