Ambon, 12/1 (Antara Maluku) - Anggota Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP), Tini Hadad menyatakan kesehatan reproduksi perempuan perlu mendapat perhatian sejak dini, terutama anak remaja yang sudah mengalami haid.
"Kalau anak remaja perempuan haidnya normal, nanti kehamilannya juga normal dan akan melahirkan anak yang sehat," kata Tini, pada acara Dialog Lintas Institusi dengan para Stakeholder tentang Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional oleh BPJS yang digagas oleh Yayasan GASIRA Maluku, di Ambon, Selasa.
Menurut dia, bila seorang ibu pada saat kehamilan tidak sehat biasanya karena kurang darah atau menderita penyakit lain, maka anak yang dilahirkan juga dalam kondisi tidak sehat atau kurang gizi.
Selain itu, rahim yang tidak sehat akan membuat anak tidak mendapatkan cukup makanan sehingga pada saat melahirkan juga anak tidak sehat. Ini membuat anak bodoh karena otaknya tidak tumbuh sempurna. Jadi hal itu memang harus diperhatikan sejak remaja.
"Kita tahu angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yakni 359/100 ibu kelahiran, termasuk tertinggi di Asia," katanya.
Tini mengatakan, kematian ibu melahirkan sering terjadi karena kurang sehat sejak kehamilan. Kesehatan ibu sangat tergantung bagaimana menjaga kesehatan mulai dari usia remaja, bukan hanya waktu hamil dan melahirkan.
"Kesehatan ibu harus diperhatikan sejak dini, tidak hanya waktu hamil dan melahirkan itu sudah terlambat. Apalagi menderita anemia karena kekurangan gizi, sehingga bisa melahirkan anak yang tidak sehat, bahkan ibu sendiri meninggal bersama bayinya. Ini yang kita tidak kehendaki," tandasnya.
Ia mengakui, bahwa hasil penelitian di 15 Provinsi Indonesia ternyata pengetahuan masyarakat terhadap BPJS masih sangat rendah termasuk di Maluku, yakni masih 18 persen, jika dibandingkan di daerah-daerah lain sudah cukup tinggi yakni mencapai 60-80 persen.
"Kondisi seperti ini menjadi masukan untuk memberikan dorongan kepada pemerintah bahwa Indonesia Timur perlu diperhatikan secara lebih terutama kesehatan reproduksi perempuan," tegas Tini.
Karena itu, pihaknya meminta pihak BPJS di daerah ini, untuk memberikan pelayanan yang baik kepada para ibu, terutama terhadap reproduksi perempuan.
"Kami ingin memastikan bahwa kebijakan-kebijkan pemerintah baik nasional maupun daerah mendukung pemberian pelayanan kesehatan yang optimal kepada perempuan. Kami sangat mendukung teman-teman di Indonesia Timur untuk memperjuangkan ini, baik di tingkat daerah maupun nasional," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016
"Kalau anak remaja perempuan haidnya normal, nanti kehamilannya juga normal dan akan melahirkan anak yang sehat," kata Tini, pada acara Dialog Lintas Institusi dengan para Stakeholder tentang Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional oleh BPJS yang digagas oleh Yayasan GASIRA Maluku, di Ambon, Selasa.
Menurut dia, bila seorang ibu pada saat kehamilan tidak sehat biasanya karena kurang darah atau menderita penyakit lain, maka anak yang dilahirkan juga dalam kondisi tidak sehat atau kurang gizi.
Selain itu, rahim yang tidak sehat akan membuat anak tidak mendapatkan cukup makanan sehingga pada saat melahirkan juga anak tidak sehat. Ini membuat anak bodoh karena otaknya tidak tumbuh sempurna. Jadi hal itu memang harus diperhatikan sejak remaja.
"Kita tahu angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yakni 359/100 ibu kelahiran, termasuk tertinggi di Asia," katanya.
Tini mengatakan, kematian ibu melahirkan sering terjadi karena kurang sehat sejak kehamilan. Kesehatan ibu sangat tergantung bagaimana menjaga kesehatan mulai dari usia remaja, bukan hanya waktu hamil dan melahirkan.
"Kesehatan ibu harus diperhatikan sejak dini, tidak hanya waktu hamil dan melahirkan itu sudah terlambat. Apalagi menderita anemia karena kekurangan gizi, sehingga bisa melahirkan anak yang tidak sehat, bahkan ibu sendiri meninggal bersama bayinya. Ini yang kita tidak kehendaki," tandasnya.
Ia mengakui, bahwa hasil penelitian di 15 Provinsi Indonesia ternyata pengetahuan masyarakat terhadap BPJS masih sangat rendah termasuk di Maluku, yakni masih 18 persen, jika dibandingkan di daerah-daerah lain sudah cukup tinggi yakni mencapai 60-80 persen.
"Kondisi seperti ini menjadi masukan untuk memberikan dorongan kepada pemerintah bahwa Indonesia Timur perlu diperhatikan secara lebih terutama kesehatan reproduksi perempuan," tegas Tini.
Karena itu, pihaknya meminta pihak BPJS di daerah ini, untuk memberikan pelayanan yang baik kepada para ibu, terutama terhadap reproduksi perempuan.
"Kami ingin memastikan bahwa kebijakan-kebijkan pemerintah baik nasional maupun daerah mendukung pemberian pelayanan kesehatan yang optimal kepada perempuan. Kami sangat mendukung teman-teman di Indonesia Timur untuk memperjuangkan ini, baik di tingkat daerah maupun nasional," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016