Ambon, 5/2 (Antara Maluku) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr M Haulussy Ambon, siap melayani pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) yang penyakitnya disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti menularkan virus berbahaya dan mengacam keselamatan penderita.

"Kami siap melayani jika ada pasien DBD yang membutuhkan perawatan lebih lanjut," kata Kepala Bidang Pelayanan RSUD dr.M. Haulussy, dr Iriani Sutiksno, di Ambon, Jumat.

Dia mengakui, sampai dengan awal Pebruari 2016, pihaknya belum menerima pasien DBD yang akan dirawat.

Sekiranya memang ada pasien yang masuk, maka segera mengambil tindakan medis untuk perawatan lebih lanjut.

"Saya belum mendapat laporan ada pasien DBD yang dirawat. Kalau ada kita segara melakukan tindakan medis dengan memberikan cairan infus, jika memang kondisinya sudah lemah," katanya.

Ia menjelaskan, biasanya pasien DBD kebanyakan anak, biasanya ditangani oleh dokter spesialis anak dan dokter spesialis penyakit dalam dengan pasien dewasa dibantu dokter umum.

"Dokter spesialis melakukan pemeriksaan-pemeriksaan. Pasien yang kondisinya parah, terlihat dari pendarahan cukup banyak melalui hidung, buang air besar dan muntah, serta tensi menurun, nadi kecil dan kondisinya tidak sadar," ujar Iriani.

Lebih lanjut, dia mengatakan kalau misalnya ada pasien yang tidak tertolong, itu karena pihak keluarga terlambat membawa penderita ke rumah sakit.

Karena itu, kalau sudah ada gejala DBD segera dibawa ke rumah sakit untuk dirawat secara intensif.

Ia mengungkapkan ada beberapa gejala DBD, yakni demam tinggi yang berlangsung mendadak selama 2-7 hari, biasanya demam tinggi pada DBD sekitar 38-40 oC. Badan menggigil, nyeri kepala, dan nyeri ketika menggerakkan bola mata, serta nyeri di bagian punggung pada gejala awalnya.

Selanjutnya, timbul bintik-bintik merah, terutama ketika dicek melalui metode uji tourniquet, tekanan darah yang tiba-tiba menurun atau ngedrop, terjadi hepatomegali atau pembesaran hati.

"Gejala tingkat lanjut biasanya disertai dengan mimisan pada gusi dan hidung, buang air atau feses berlendir dan bercampur darah, bintik-bintik merah semakin tampak karena terjadinya pemecahan pembuluh darah dan demam tinggi hingga menyebabkan rasa nyeri di daerah sendi," jelas Iriani.

Ia mengakui bahwa di RSUD Haulussy Ambon, tidak disediakan ruang khusus bagi pasien DBD, tetapi pasien anak dirawat di ruangan anak-anak dan pasien dewasa dirawat di ruangan penyakit dalam.

"Tidak ada ruangan khusus bagi pasien DBD. Penyakit DBD dan penyakit lainnya dalam penanganan sama, karena semua ditangani dokter spesialis dengan dibantu dokter umum," katanya.

Lebih lanjut, Iriani mengatakan, obat yang diberikan kepada pasien DBD, kalau panas diberikan obat panas, sedangkan kalau ada infeksi diberikan obat antibiotik.

"Pasien DBD tidak boleh kekurangan cairan, karena itu bisannya diinfus, apalagi terjadi pendarahan. Pasien, jangan sampai kekurangan cairan," ujarnya.

Disinggung pasien DBD yang dirawat di RSUD Haulussy pada tahun-tahun sebelumnya, dr Iriani mengungkapkan, pasien pada 2013 sebanyak 15 orang, dua diantaranya meninggal dunia.

Pada 2014 tercatat satu orang pasien dirawat, sedangkan 2015 satu orang pasien, Almasyah Wattimena (2,7) meninggal dunia.

"Virus DBD muncul karena terjadi pergantian musim dari panas ke hujan, yang dijangkitkan ke manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti. Karena itu harus membersihkan lingkungan dan membersihkan genangan-genangan air," tandasnya.

Kementerian Kesehatan sudah melakukan koordinasi sampai ke tingkat daerah dan memberi bantuan untuk pemberantasan jentik nyamuk, terutama pengiriman insektisida untuk fogging atau pengasapan.

Pewarta: Rofinus E. Kumpul

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016