Terlahir di Negeri Asilulu, Kecamatan Leihitu (Pulau Ambon), Kabupaten Maluku Tengah 41 tahun lalu, Achmad Jais Ely dikenal kalangan guru, karyawan, serta taruna-taruni Sekolah Usaha Menengah Perikanan (SUPM) Waiheru Ambon sebagai sosok yang displin dan tegas.

Setelah tiga tahun menjabat Kepala SUPM Negeri Waiheru, pria kelahiran 3 Juni 1975 ini bersama stafnya terus berupaya memajukan sekolah yang bernaung di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan tersebut.

Sebagai kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan Pusat (BPSDM PKP) termuda di tanah air, Achmad Jais telah mendapatkan penghargaan pemerintah.

"SUPM Waiheru menerima penghargaan dari Kepala BPSDM atas kinerja manejerial terbaik 2015 setelah mendapat penilaian baik menyangkut aspek pelayanan publik, taat laporan keuangan dan manajemen pengelolaan kantor yang baik," ujarnya.

Pria lulusan jenjang strata dua jurusan ilmu kelautan dari Universitas Pattimuta (Unpatti) Ambon tahun 2002 ini juga mengaku sedang diperiksa tim audit kinerja evakuasi layanan publik dalam rangka penetapan SUPM sebagai unit kerja menuju wilayah bebas Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN).

Tim audit sebanyak enam orang ini berasal dari Inspektorat Jenderal KKP sedang menjalankan tugasnya selama sepuluh hari untuk membuktikan SUPM Negeri Waiheru Ambon termasuk Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Bersih Melayani (WBM).

Apalagi setiap tahunnya BPK RI Perwakilan Maluku selalu melakukan audit terhadap pengelolaan anggaran pemerintah pada sekolah tersebut.

"Salah satu syarat untuk mendapatkan predikat UPT terbaik adalah audit kinerja dari lembaga yang berkompeten," ujar Achmad Jais yang juga alumnus jurusan tekhnik perkapalan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar ini.

Achmad Jais yang memiliki seorang isteri dan empat orang anak ini selama bertugas baik di SUPM Negeri Sorong maupun SUPM Negeri Waiheru Ambon telah mendapatkan sejumlah penghargaan.

penghargaan itu antara lain sertifikat ahli pengadaan nasional yang diselenggarakan LKPBI pemerintah, external auditor yang diselenggarakan Pusdiklatkan.

Kemudian sertifikat Proficiency in GMDSS, internal auditor, basic safety training yang diselenggarakan Pusdiklatkan, serta sertifikat pendidik yang diselenggarakan Universitas Negeri Makassar, termasuk satya lencana karya satya 10 tahun dari Presiden pada 26 Juli 2013.

Achmad Jais yang mendapat dukungan positif seluruh guru dan para murid juga telah menjadikan SUPM Negeri Waiheru yang dipimpinnya sebagai sekolah percontohan di Indonesia.

"Bukan saja mahasiswa dari Unpatti Ambon atau sekolah perikanan laiannya di daerah yang datang ke sini, tetapi dari luar daerah juga hadir untuk belajar dan berpraktek," katanya.

Kemudian minat masyarakat yang menyekolahkan anak-anak mereka juga semakin tinggi, namun harus diseleksi secara ketat dan tersaring 192 taruna dan taruni pada empat jurusan diantaranya nautika pelayaran dan budidaya perikanan pada tahun ajaran baru saat ini.

Mereka berasal dari 22 kabupaten dan kota baik di Provinsi Maluku maupun Provinsi Maluku Utara.

Para taruna ini akan dididik sejak awal masuk melalui kegiatan masa orientasi sekolah (MOS) maupun latihan dasar kepemimpinan serta pengenalan lingkungan.

"Sekolah adalah tempat belajar dan berkarya, jadi disiplin harus diutamakan sehingga kami memberlakukan aturan yang mengikat bagi kepada para guru, karyawan, maupun para murid," tandas Achmad Jais.

Sebagai contoh, dalam lingkungan sekolah, mulai dari pintu gerbang hingga semua sudut ruangan SUPM Negeri Waiheru saat ini benar-benar bebas asap rokok.

Displin ini dimulai dari para guru dan karyawan tidak diperbolehkan merokok di lingkungan sekolah, agar para taruna dan taruni juga tidak ikut-ikutan.

Aturan seperti ini dibuat dalam bentuk sebuah surat keputusan kode etik guru dan pegawai tidak boleh merokok di lingkungan sekolah dan peraturannya dibuat lewat sebuah kesepakatan.

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016