Ambon, 7/9 (Antara Maluku) - Imam adat Saebpuji Waehidi bersama tokoh adat petuanan Kayeli, Kabupaten Buru, menyesalkan adanya tindakan oknum tertentu yang memanfaatkan undangan rapat dipelintir menjadi surat dukungan kepada Mansur Wael sebagai raja Kayeli.

"Kami memang membuat surat undangan resmi yang ditandatangani para pemangku adat dan tokoh masyarakat untuk rencana menggelar rapat akbar namun ada oknum tertentu yang sengaja mengubah redaksi kalimat surat tersebut," kata Imam adat setempat, Nanggos Wael yang dihubungi dari Ambon, Rabu.

Setelah dilakukan perubahan kalimat dalam surat undangan rapat akbar ini, mereka kemudian membawanya ke bupati Buru, Kejaksaan Negeri Namlea serta Kapolres Buru.

Menurut dia, tindakan tidak terpuji yang diduga dilakukan salah satu kepala soa di petuanan adat Kayeli berinisial NM bersama rekannya ML ingin membuat kesan kepada pemerintah daerah kalau Mansur Wael sudah disetujui sebagai raja petuanan.

Padahal Mansur Wael sendiri sudah pernah dilaporkan puluhan ketua adat ke Bupati Buru Ramli Umasugy dan Gubernur Maluku Said Assagaff yang menolak pengangkatan dirinya sebagai raja Kayeli.

Pemuka adat Kayeli, Ibrahim Wael mengatakan, rencana digelarnya rapat akbar ini akan dihadiri para pemangku adat dari Naro Pito, Naro Pe, serta Naro Lima dari dataran Waeapo.

"Kami juga akan menghadirkan pemerintah daerah secara resmi dalam rapat akbar karena akan ada upaya mencari solusi serta kesepakatan bersama menunjuk siapa figur yang memenuhi syarat adat menjadi raja Kayeli yang sah," ujar Ibrahim.

Dia menambahkan, menyangkut tindakan yang dilakukan NM dan ML sebenarnya sudah masuk perbuatan pidana tetapi keduanya dijemput paksa oleh pihak tertentu dan membawa masuk suratnya ke pemkab Buru, kejaksaan, serta kepolisian.

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016