Ambon, 30/10 (Antara Maluku) - Balai Arkeologi Maluku kembali menggelar Rumah Peradaban Banda sebagai upaya mempersiapkan Banda menuju warisan dunia.
Koordinator Rumah Peradaban Banda Wuri Handoko mengatakan, di Ambon, Minggu, rumah peradaban dilakukan dengan latar belakang Banda yang multibudaya serta sejarah masyarakat yang multikultur, sehingga perlu disiapkan Banda menuju warisan dunia.
"Isu wacana warisan dunia sudah lama didengungkan, tetapi kita sendiri belum punya konsep yang mapan bagaimana menyiapkan Banda ke depan, karena itu kami akan menggelar rumah peradaban untuk menyiapkan masyarakat mewujudkan Banda menuju warisan dunia," katanya pula.
Menurut dia, warisan peninggalan budaya seperti bangunan benteng selalu bersentuhan dengan masyarakat, sehingga pihaknya berupaya mengonsepkan agar arkeologi bermanfaat dikembangkan untuk kebermanfaatan masyarakat dan dunia pendidikan.
"Dua hal tersebut akan kami kemas menjadi sebuah program rumah peradaban dengan topik Multibudaya Banda Menuju Warisan Dunia," ujarnya lagi.
Diakuinya, material kultur seperti kekayaan warisan budaya benteng, bangunan kolonial purbakala yang saat ini menjadi aset budaya wisata, banyak program digalakkan untuk pengembangan, restorasi, dan pelestarian.
Tetapi saat ini yang menjadi pertanyaan apa yang dipikirkan masyarakat tentang keberadaan aset budaya, yakni jika benteng dipugar bagaimana masyarakat menyikapinya, sementara dalam pengelolaan cagar budaya banyak aspek yang terkait, seperti sosial, ekonomi serta peran masyarakat dalam pengelolaan cagar budaya.
"Jika kita bicara tentang warisan budaya sesuatu yang diwariskan dan harus dimengerti bagaimana generasi muda bisa mencintai, memaknai dan melestarikan, sehingga ada upaya untuk mempertahankan keberadaannya, keterkaitan multibudaya," kata Wuri pula.
Ia menjelaskan, rangkaian kegiatan yang akan digelar yakni sekolah multibudaya untuk memperkenalkan siswa SMA dan SMP melalui pengenalan budaya tak benda atau tradisi nilai budaya yang masih dijalankan atau warisan budaya benda yang kelihatan di depan mata.
Selain itu, warisan budaya benda berupa simbol multibudaya yang saling berelasi, seperti gereja, kelenteng, masjid dalam satu ruang yang sama.
"Hal tersebut merupakan bagian sejarah multibudaya Banda yang harus dibangun berdasarkan kohesi sosial, sehingga jika terjadi gesekan hal tersebut harus dipelajari, yakni sejarah masa lalu untuk membangun kohesi sosial, dan hal itu juga yang harus ditanamkan kepada generasi muda," ujar dia.
Kepala Balai Arkeologi Maluku Muhammad Husni menyatakan, melalui kegiatan ini arkeologi dan kebudayaan terintegrasi dalam proses pendidikan, karena ada pelibatan siswa dan masyarakat untuk bersama mewujudkan Banda menuju warisan dunia.
"Kita berupaya mencari pola interaksi sesuai konteks di lapangan, kita sesuaikan dengan tema multibudaya, selanjutnya menjaring masukan dari seluruh lapisan untuk merangkum dan ditindaklanjuti dalam rekomendasi untuk disampaikan ke instansi yang saling berkaitan," katanya lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016
Koordinator Rumah Peradaban Banda Wuri Handoko mengatakan, di Ambon, Minggu, rumah peradaban dilakukan dengan latar belakang Banda yang multibudaya serta sejarah masyarakat yang multikultur, sehingga perlu disiapkan Banda menuju warisan dunia.
"Isu wacana warisan dunia sudah lama didengungkan, tetapi kita sendiri belum punya konsep yang mapan bagaimana menyiapkan Banda ke depan, karena itu kami akan menggelar rumah peradaban untuk menyiapkan masyarakat mewujudkan Banda menuju warisan dunia," katanya pula.
Menurut dia, warisan peninggalan budaya seperti bangunan benteng selalu bersentuhan dengan masyarakat, sehingga pihaknya berupaya mengonsepkan agar arkeologi bermanfaat dikembangkan untuk kebermanfaatan masyarakat dan dunia pendidikan.
"Dua hal tersebut akan kami kemas menjadi sebuah program rumah peradaban dengan topik Multibudaya Banda Menuju Warisan Dunia," ujarnya lagi.
Diakuinya, material kultur seperti kekayaan warisan budaya benteng, bangunan kolonial purbakala yang saat ini menjadi aset budaya wisata, banyak program digalakkan untuk pengembangan, restorasi, dan pelestarian.
Tetapi saat ini yang menjadi pertanyaan apa yang dipikirkan masyarakat tentang keberadaan aset budaya, yakni jika benteng dipugar bagaimana masyarakat menyikapinya, sementara dalam pengelolaan cagar budaya banyak aspek yang terkait, seperti sosial, ekonomi serta peran masyarakat dalam pengelolaan cagar budaya.
"Jika kita bicara tentang warisan budaya sesuatu yang diwariskan dan harus dimengerti bagaimana generasi muda bisa mencintai, memaknai dan melestarikan, sehingga ada upaya untuk mempertahankan keberadaannya, keterkaitan multibudaya," kata Wuri pula.
Ia menjelaskan, rangkaian kegiatan yang akan digelar yakni sekolah multibudaya untuk memperkenalkan siswa SMA dan SMP melalui pengenalan budaya tak benda atau tradisi nilai budaya yang masih dijalankan atau warisan budaya benda yang kelihatan di depan mata.
Selain itu, warisan budaya benda berupa simbol multibudaya yang saling berelasi, seperti gereja, kelenteng, masjid dalam satu ruang yang sama.
"Hal tersebut merupakan bagian sejarah multibudaya Banda yang harus dibangun berdasarkan kohesi sosial, sehingga jika terjadi gesekan hal tersebut harus dipelajari, yakni sejarah masa lalu untuk membangun kohesi sosial, dan hal itu juga yang harus ditanamkan kepada generasi muda," ujar dia.
Kepala Balai Arkeologi Maluku Muhammad Husni menyatakan, melalui kegiatan ini arkeologi dan kebudayaan terintegrasi dalam proses pendidikan, karena ada pelibatan siswa dan masyarakat untuk bersama mewujudkan Banda menuju warisan dunia.
"Kita berupaya mencari pola interaksi sesuai konteks di lapangan, kita sesuaikan dengan tema multibudaya, selanjutnya menjaring masukan dari seluruh lapisan untuk merangkum dan ditindaklanjuti dalam rekomendasi untuk disampaikan ke instansi yang saling berkaitan," katanya lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016