Ambon, 29/11 (Antara Maluku) - Sekretaris Dewan Penasihat Daerah (DPD) Asita (Asosiasi Tour And Travel) Maluku Tony Tomasoa mengungkapkan, jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke daerah ini sejak Januari-November 2016 mencapai 18.000an orang.

"Data tersebut diperoleh dari pihak Kepolisian, yang memeriksa turis saat tiba bandara internasional Pattimura Ambon, sedangkan data dari Dinas Pariwisata Provinsi Maluku tidak pernah ada," kata Tony, di Ambon, Selasa.

Menurut dia, pihaknya juga tidak pernah berdiskusi atau membicarakan dengan Dinas Pariwisata Maluku terkait kunjungan wisatawan ke daerah ini.

"Selama ini kita tidak pernah bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Maluku. Kita berjalan sendiri. Koordinasi kurang sekali, dan kunjungan turis jumlahnya sedikit," ujarnya.

Tony yang juga Direktur P.T. Daya Patal (Tour And Travel Service) mengatakan, turis datang ke Maluku secara individu dengan membaca buku, tidak melalui biro perjalanan maupun melalui promosi pemerintah daerah.

"Kalau dulu, turis datang ke Maluku secara berkelompok, dalam satu tahun bisa mencapai 60 kelompok, tetapi sekarang sudah tidak ada. Turis datang secara individu," katanya.

Disinggung promosi pemerintah provinsi melalui berbagai kegiatan daerah seperti Pesta Teluk dan lainnya yang dilakukan setiap tahun, menurut Tony sama sekali tidak ada pengaruh.

"Kegiatan tersebut dilaksanakan begitu saja. Kita tidak tahu sasarannya ke mana? Apalagi, Dinas Pariwisata Maluku kurang melibatkan biro perjalanan dan kita berjalan sendiri," ujar Tony.

Kegiatan Pesta Teluk, menurut dia, memang ada pemberitahuan tetapi (Asita) tidak dilibatkan secara langsung, baik untuk monitor maupun evaluasi, sehingga hasil dari kegiatan itu tidak ada.

"Kunjungan wisatawan tahun lalu maupun tahun ini jumlahnya tidak terlalu signifikan, hanya beberapa persen saja dan tidak ada yang istimewa. Pengelola biro perjalanan tidak menikmati pencapaian yang ada, karena lebih banyak turis individu termasuk turis lokal," ungkap Tony.

Disinggung asal turis yang berkunjung ke Maluku, menurut dia banyak yang berasal dari Belanda, Eropa Timur, Polandia, Ceko, Prancis, dan Jerman.

"Setelah tiba di Ambon, ada turis yang menghubungi kita, misalnya ke Banda dan Tual. Mereka minta kita untuk mengatur perjalanan baik menggunakan kapal laut maupun pesawat terbang. Lama berada di Maluku, biasanya 1-2 minggu," kata Tony.

Ia lebih jauh mengungkapkan, masalah yang hadapi turis saat berkunjung ke Maluku terutama infrastruktur seperti transportasi laut, karena jadwal kapal tidak tetap, selalu berubah, sedangkan penerbangan sudah bagus.

"Masalah lain, kendaraan-kendaraan rental terlalu mahal, sehingga turis tidak bertahan lama. Padahal, kalau kendaraan sedikit murah mereka ingin menikmati susana alam di daerah ini, sehingga perlu transportasi yang sedikit murah. Kita yang mengelola biro perjalanan hanya bisa berharap dari situ saja, " katanya.

Pewarta: Rofinus E. Kumpul

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016