Ambon, 4/10 (Antara Maluku) - Kodam XVI/Pattimura menggelar pameran Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke 72 TNI di Lapangan Merdeka Kota Ambon, 4-5 Oktober 2017.
Alutsista yang dipamerkan yakni 2 unit Sea Raider, 1 unit mobil PJD-SMB, 1 unit Anoa, Alakpsus Raider, 1 unit Ranpur Tarantula, 1 unit Mobil Jihandak, Drone, Alkes, Ranpur Ferret.
Selanjutnya, Saracen yang merupakan Ranpur lama yang masih digunakan hingga saat ini, yakni KMC, Ransus 733/R, LCR, SPM POM, SPM 733/R, dan lain-lain.
Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo dalam sambutan pembukaan pameran yang dibacakan Kasdam Brigjen TNI Tri Soewandono mengatakan, pameran alutsista digelar sebagai pertanggungan jawab kepada rakyat dan sebagai sarana meningkatkan kemanunggalan TNI-Rakyat.
"Berbagai jenis alutsista yang dimiliki Kodam XVI/Pattimura yang dipamerkan ini dapat menambah wawasan dan semakin terbukanya akses informasi masyarakat dalam mengenal perkembangan alutsista maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan Kodam XVI/Pattimura," kata Pangdam Doni.
Selain pameran alutsista, Kodam XVI/Pattimura juga memamerkan program unggulan Emas Biru (pengelolaan potensi kekayaan alam Maluku di sektor kelautan seperti budidaya ikan, lobster, kepiting dan rumput laut), dan Emas Hijau (perkebunan, kehutanan dan pertanian seperti budidaya tanaman rempah, pohon keras dan buah serta hortikultura).
Pada kesempatan itu, Kodam XVI/Pattimura menyerahkan sampah plastik seberat 7,5 ton kepada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku sebagai tindaklanjut perintah Menko Kemaritiman pada pembukaan Tour de Molvcass tanggal 17 September 2017, di Ambon.
"Plastik merupakan penyumbang sampah terbesar di Indonesia termasuk di Maluku. Sampah plastik ini sulit dihancurkan secara alami dan akan merusak lingkungan alam," ujar Pangdam Doni.
Oleh karena itu, lanjutnya, sampah plastik yang serahkan pihaknya akan diolah sebagai bahan baku campuran aspal untuk pembuatan infrastruktur jalan.
"Saya berharap kegiatan kita ini menjadi contoh dan pelopor bagi masyarakat untuk bahu membahu dan dengan kesadaran yang tinggi tidak membuang sampah di sembarangan tempat. Terpenting dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk perang terhadap sampah," katanya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku Ismail Usemahu mengapresiasi gagasan yang dilakukan oleh Pangdam XVI/Pattimura terkait dengan pengumpulan sampah plastik atas arahan Menko Kemaritiman.
"Ini adalah satu kegiatan yang sangat inovatif karena sampah plastik dapat diolah menjadi bahan baku campuran aspal untuk pembuatan infrastruktur jalan," kata Ismail.
Dia mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negara ke dua terbesar sampah plastik di laut setelah China. Sampah plastik ini sangat sulit terurai secara alami dan membutuhkan waktu ratusan tahun.
"Sampah plastik ini ternyata dari sisi konstruksi jalan dapat meningkatkan kualitas jalan, karena ketahanan terhadap air lebih tinggi, apalagi di Provinsi Maluku khususnya Kota Ambon, curah hujan cukup panjang sehingga sangat cocok penggunaan bahan baku sampah plastik dalam pengaspalan jalan, juga menambah ketahanan keretakan jalan karena plastik sifatnya elastis," jelasnya.
Menurut Ismail, pihaknya sudah mengontak Bagian Litbang Kementerian PU dan untuk mengolah sampah plastik membutuhkan mesin pencacah.
"Saya sudah komunikasi dengan Bagian Litbang Kementerian PU, bahwa dipastikan bulan depan akan mulai pengolahan. Harga mesin pengolah sampah plastik tidak mahal berkisar Rp30-40 juta/unit," ungkapnya.
Karena itu, akan membentuk komunitas-komunitas untuk pengolah sampah plastik dengan ukuran sudah diatur yakni 5-9 milimeter.
"Hasil olahan sampah plastik, akan digunakan pada rehabilitasi jalan terutama di Kota Ambon," kata Ismail.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017
Alutsista yang dipamerkan yakni 2 unit Sea Raider, 1 unit mobil PJD-SMB, 1 unit Anoa, Alakpsus Raider, 1 unit Ranpur Tarantula, 1 unit Mobil Jihandak, Drone, Alkes, Ranpur Ferret.
Selanjutnya, Saracen yang merupakan Ranpur lama yang masih digunakan hingga saat ini, yakni KMC, Ransus 733/R, LCR, SPM POM, SPM 733/R, dan lain-lain.
Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo dalam sambutan pembukaan pameran yang dibacakan Kasdam Brigjen TNI Tri Soewandono mengatakan, pameran alutsista digelar sebagai pertanggungan jawab kepada rakyat dan sebagai sarana meningkatkan kemanunggalan TNI-Rakyat.
"Berbagai jenis alutsista yang dimiliki Kodam XVI/Pattimura yang dipamerkan ini dapat menambah wawasan dan semakin terbukanya akses informasi masyarakat dalam mengenal perkembangan alutsista maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan Kodam XVI/Pattimura," kata Pangdam Doni.
Selain pameran alutsista, Kodam XVI/Pattimura juga memamerkan program unggulan Emas Biru (pengelolaan potensi kekayaan alam Maluku di sektor kelautan seperti budidaya ikan, lobster, kepiting dan rumput laut), dan Emas Hijau (perkebunan, kehutanan dan pertanian seperti budidaya tanaman rempah, pohon keras dan buah serta hortikultura).
Pada kesempatan itu, Kodam XVI/Pattimura menyerahkan sampah plastik seberat 7,5 ton kepada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku sebagai tindaklanjut perintah Menko Kemaritiman pada pembukaan Tour de Molvcass tanggal 17 September 2017, di Ambon.
"Plastik merupakan penyumbang sampah terbesar di Indonesia termasuk di Maluku. Sampah plastik ini sulit dihancurkan secara alami dan akan merusak lingkungan alam," ujar Pangdam Doni.
Oleh karena itu, lanjutnya, sampah plastik yang serahkan pihaknya akan diolah sebagai bahan baku campuran aspal untuk pembuatan infrastruktur jalan.
"Saya berharap kegiatan kita ini menjadi contoh dan pelopor bagi masyarakat untuk bahu membahu dan dengan kesadaran yang tinggi tidak membuang sampah di sembarangan tempat. Terpenting dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk perang terhadap sampah," katanya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku Ismail Usemahu mengapresiasi gagasan yang dilakukan oleh Pangdam XVI/Pattimura terkait dengan pengumpulan sampah plastik atas arahan Menko Kemaritiman.
"Ini adalah satu kegiatan yang sangat inovatif karena sampah plastik dapat diolah menjadi bahan baku campuran aspal untuk pembuatan infrastruktur jalan," kata Ismail.
Dia mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negara ke dua terbesar sampah plastik di laut setelah China. Sampah plastik ini sangat sulit terurai secara alami dan membutuhkan waktu ratusan tahun.
"Sampah plastik ini ternyata dari sisi konstruksi jalan dapat meningkatkan kualitas jalan, karena ketahanan terhadap air lebih tinggi, apalagi di Provinsi Maluku khususnya Kota Ambon, curah hujan cukup panjang sehingga sangat cocok penggunaan bahan baku sampah plastik dalam pengaspalan jalan, juga menambah ketahanan keretakan jalan karena plastik sifatnya elastis," jelasnya.
Menurut Ismail, pihaknya sudah mengontak Bagian Litbang Kementerian PU dan untuk mengolah sampah plastik membutuhkan mesin pencacah.
"Saya sudah komunikasi dengan Bagian Litbang Kementerian PU, bahwa dipastikan bulan depan akan mulai pengolahan. Harga mesin pengolah sampah plastik tidak mahal berkisar Rp30-40 juta/unit," ungkapnya.
Karena itu, akan membentuk komunitas-komunitas untuk pengolah sampah plastik dengan ukuran sudah diatur yakni 5-9 milimeter.
"Hasil olahan sampah plastik, akan digunakan pada rehabilitasi jalan terutama di Kota Ambon," kata Ismail.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017