Ambon, 25/7 (Antaranews Maluku) - Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek melakukan peletakan batu pertama pembangunan Rumah Sakit Umum Pusat Kemaritiman Maluku di Desa Rumah Tiga, Kota Ambon, Maluku, Rabu.

Pelaksanaan pembangunan rumah sakit yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan tersebut dijadwalkan dalam kurun waktu dua tahun anggaran dengan menghabiskan dana lebih dari Rp300 miliar.

Menkes Nila yang didampingi Gubernur Maluku Said Assagaff, Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes Bambang Wibowo, dan Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Bappenas Subandi juga meresmikan penggunaan nama rumah sakit tersebut dengan mengabadikan nama pahlawan nasional asal Maluku dr. Johanis Leimena.

Johanis Leimena menjadi dokter sejak 1930 dan dipromosikan sebagai menter kesehatan selama 21 tahun berturut-turut, serta masuk dalam 18 kabinet berbeda.

Pahlawan asal Maluku itu memegang jabatan strategis menteri di antaranya Menteri Sosial, Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan, Wakil Perdana Menteri, Menteri Kesehatan, serta menyandang pangkat Laksamana Madya (Tituler) TNI-AL.

Selama hidup, ia juga menggagas pembentukan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) serta dekat dan dipercaya proklamator sekaligus Presiden pertama Indonesia Soekarno, dan tercatat tujuh kali dipercaya sebagai pejabat untuk memegang fungsi sebagai Presiden Republik Indonesia.

"Saya berharap pembangunan RS vertikal di bawah Kemenkes dan menggunakan nama pahlawan nasional asal Maluku dapat berkembang pesat, sekaligus menjadi rujukan penanganan berbagai kasus penyakit di kawasan Indonesia timur di masa mendatang," ujarnya.

Nila Moeloek mengatakan selain di Maluku, Kemenkes juga akan membangun RS serupa di dua daerah lainnya di Indonesia timur, yakni di Kabupaten Wamena, Provinsi Papua dan Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Sesuai hasil pemetaan dengan Bappenas ternyata pembangunan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit lebih banyak dilakukan di kawasan barat, sedangkan kawasan timur selain Manado (Sulawesi Utara) dan Makassar (Sulawesi Selatan) relatif masih sangat kurang," katanya.

Oleh karena itu, pihaknya mulai serius membangun fasilitas kesehatan di Indonesia timur, teristimewa Maluku mengingat kondisi geografisnya berupa kepulauan serta minim sarana dan prasarana transportasi maupun komunikasi.

Ia mengaku selama ini mendorong para investor untuk membantu pembangunan fasilitas kesehatan di daerah, namun banyak yang berkeberatan dan tidak berani mengingat kondisi geografis kawasan timur yang kepulauan dan minim infrastruktur.

"Makanya kami berketetapan hati dan memutuskan membangun fasilitas kesehatan di kawasan timur, khususnya di Maluku, NTB, dan Papua guna mewujudkan rasa keadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia," kata dia.

Tentang tenaga yang akan mengelola RS vertikal tersebut,ia mengatakan akan dilakukan pengkajian ulang, mengingat wilayah Maluku terdiri atas 1.340 pulau sehingga kondisinya tidak bisa disamakan dengan di Pulau Jawa dan Sumatera.

"Khusus untuk Maluku dan provinsi lainnya yang berkarakteristik kepulauan maka perbandingan tenaga medisnya selain mempertimbangkan jumlah penduduk juga memperhitungkan jarak antarpulau, maupun minimnya fasilitas perhubungan yang tersedia," katanya.

Dia mengatakan jika pembangunan rumah sakit itu rampung, keberadaannya meningkatan pelayanan dan derajat kesehatan masyarakat di Maluku maupun provinsi lainnya di kawasan timur Indonesia.

Pewarta: Jimmy Ayal

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018